Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 16

Sang sekretaris masuk ke kantor dengan wajah cemas untuk melapor. Begitu Arman mendengar itu tentang Rani, dia langsung membuka ponselnya, tapi matanya langsung memerah hingga hampir berlinang darah. Dalam video itu, seorang pengawal mengabaikan perlawanan Rani, menunduk di dada Rani, tampak seperti ... sedang menyusu. Inikah yang disebut Mitha sebagai terapi payudara? Perasaan menyesal dan sakit yang luar biasa membanjiri hati Arman. Saat itu dia tidak menyadari penderitaan yang dialami Rani, bahkan sampai menggunakan video itu untuk mengancam Rani. "Pasti ini ulah Mitha, si wanita jalang itu!" "Dia pasti sudah merencanakan untuk menyebarkan video itu sejak lama dan ingin menghancurkan reputasi Rani!" "Berani sekali dia!" Arman mengepal erat tangannya, hatinya terasa sangat sakit. Sang sekretaris langsung bersuara saat mendengar nama Mitha, "Pak Arman, kami sudah memerintahkan orang untuk segera menarik video ini." "Apa kita perlu memberi pelajaran kepada Mitha?" Arman mengangkat pandangannya dan berkata, "Cari sepuluh orang gelandangan dan suruh mereka mengisap payudaranya secara bergiliran! Ingat, rekam videonya. Aku ingin dia merasakan penderitaan yang dialami Rani!" Setelah berkata demikian, Arman menampar dirinya sendiri beberapa kali. Dia tidak berani membayangkan betapa putus asa dan bencinya Rani terhadap dirinya saat itu. Dia memutar video itu berulang‑ulang, seperti menyiksa dirinya sendiri. Saat melihat Rani di layar, yang berusaha melawan hingga matanya kosong penuh keputusasaan, tiba‑tiba dia muntah darah. Selain Mitha, ternyata orang yang mendorong Rani ke jurang adalah dirinya sendiri. Dia tahu betul betapa terobsesinya Rani pada kebersihan, tapi saat itu dia justru memercayai Mitha dan membiarkan Rani diperlakukan dengan hina oleh pengawal. Perutnya terasa kram, pandangan Arman menjadi gelap, dan dia pingsan. Dalam mimpinya, dia kembali ke masa-masa ketika masih berpacaran dengan Rani. Setiap kali sibuk bekerja, Arman selalu lupa makan. Namun Rani selalu memperhatikannya dengan memasak makanan yang menggugah selera dan mengantarkannya langsung ke kantornya. Rani bahkan selalu mengawasinya hingga makanannya habis. Ketika Arman terbangun dengan susah payah, dia menyadari bahwa Rani adalah wanita yang sangat kuat. Dia tidak mungkin mati di luar sana. Namun seketika itu juga Arman teringat, saat Rani baru saja melahirkan, dia malah menyuruh pengawal menyeretnya untuk mencari anak mereka. Bahkan saat diculik, lukanya sangat parah. Bagaimana jika dia benar-benar mati? Jika Rani mati karena kelalaiannya, maka Arman akan hidup dalam kesedihan dan penyesalan seumur hidupnya. Penyesalan dan sakit hati hampir membuat Arman gila. Dia yang selalu mengejek hal-hal gaib, akhirnya pergi menyembah dewa, bersujud langkah demi langkah, berdoa agar dewa melindungi keselamatan Rani. Bahkan dia rela jika harus menukarnya dengan nyawanya sendiri. Setelah mencari selama tiga hari tiga malam, orang tua Arman mendapat kabar bahwa Arman pingsan di gereja. Mereka juga menemukan Mitha yang dikurung di dalam kamar dengan tubuh bagian atas terbuka, payudara merah dan bengkak, pakaian berantakan, bahkan hampir mati kelaparan. Mereka sangat sedih melihat menantu mereka, terlebih lagi putra mereka. Mereka yakin semua ini adalah ulah Rani yang berengsek itu. Hati ibu Arman dipenuhi kebencian. Dia berpikir sebaiknya Rani tetap bersembunyi. Kalau tidak, Keluarga Pratama pasti akan membuatnya mati dengan cara yang sangat mengerikan. Begitu ayah Arman mengerahkan koneksinya untuk mencari Rani, dia malah mendapat kabar buruk dari dokter. Arman, putra sulung mereka yang selalu mereka banggakan, ternyata menderita oligosperma.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.