Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 9

Kaira hampir terpaku menatapnya. Mike tiba-tiba mengangkat pandangannya dan kebetulan mata mereka bertemu. Kaira langsung terkejut dan buru-buru mengalihkan pandangannya. Ekspresi paniknya seperti seseorang yang tertangkap basah ketika melakukan sesuatu yang salah. Dia segera menundukkan kepala, berpura-pura dengan santai berjalan menuruni tangga. Wajahnya menghadap lurus ke depan tanpa melirik ke samping, melewati Mike begitu saja. "Kamu kerja di sini?" Suara dinginnya terdengar, begitu datar hingga sulit menebak emosinya. Apa Mike belum tahu kalau dia adalah pelayan yang menuangkan minuman tadi? Waktu itu dia memakai masker dan tidak banyak bicara, wajar saja kalau Mike tidak mengenalinya. Dia menatapnya dan menjawab dengan sopan. "Ya, kebetulan aku bekerja di sini. Sangat kebetulan." Mike mematikan rokoknya dan membuangnya ke tempat sampah di samping. Kaira dengan inisiatif membahas kejadian sebelumnya. "Waktu itu aku datang ke vila tanpa izin dan membuat Anda terusik. Aku sungguh minta maaf. Semoga Anda nggak keberatan." "Nggak masalah." Sepertinya Mike sudah tidak marah lagi. Kalau begitu, kehidupan Kak Lydia seharusnya tidak akan terlalu sulit. Itu membuatnya lega. Dia mengangkat wajahnya dan tersenyum. Angin sepoi-sepoi bertiup, menerbangkan beberapa helai rambut di dahinya, menciptakan kesan yang lembut dan hidup. "Aku ada urusan, jadi aku pergi dulu. Sudah larut, Anda juga sebaiknya segera pulang untuk beristirahat." Kaira berpamitan dengan sopan. Dalam hati, dirinya mulai menghitung mau makan apa di jalanan malam nanti sebagai perayaan kecil. Semangkuk wonton panas dan seporsi siomai goreng! Hanya membayangkannya saja sudah membuatnya bahagia! Dari belakang, tiba-tiba terdengar suara Mike. "Kamu mau ke mana?" Bahkan Mike sendiri tidak tahu kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu. Melihat Kaira hendak pergi, dia secara refleks bertanya tanpa berpikir. Mike sedikit kaget dengan sikapnya sendiri. Kaira melirik ke satu arah. "Mau pergi ke jalanan pujasera untuk makan malam." "..." Lelaki itu terdiam. Kaira melanjutkan lagi secara sopan, "Anda mau ikut lihat-lihat?" "Oke, kita lihat-lihat." Kaira merasa kaget akan responsnya. Kaira cuma berbasa-basi. Siapa sangka Mike benar-benar menyetujuinya? Orang seperti Mike, benarkah mau makan di tempat seperti itu? Sekarang justru Kaira yang merasa canggung. Dia menimang-nimang, harus membawa lelaki ini atau tidak? "Tapi, aku rasa Anda mungkin nggak terbiasa dengan makanannya." "Belum pergi, kok kamu sudah tahu?" "Benar juga ...." "Satu hal lagi, jangan terus-terusan pakai 'Anda'. Terdengar aneh." "Oh, baik." Kaira mengangguk pelan. Karena sudah sampai di titik ini, dia tidak punya pilihan selain mengajak Mike. Mike melirik mobil yang diparkir di pinggir jalan, di mana sopirnya masih duduk di kursi kemudi. "Jauh? Perlu naik mobil?" "Nggak jauh. Jalan kaki sekitar tiga ratus meter saja." "Baik." Mike melangkah panjang dan benar-benar mengikutinya. Kaira merasa Mike tiba-tiba menjadi lebih mudah diajak bicara. Namun, pria ini tidak bisa ditebak. Waktu pertama kali bertemu, dia juga tampak normal di awal, lalu tiba-tiba meledak amarahnya. Kaira merasa, dirinya tetap harus berhati-hati. Di bawah cahaya lampu jalan, bayangan mereka berdua memanjang. Kaira berjalan di depan, Mike di belakang. Tetapi di bawah cahaya lampu, bayangan mereka tampak berdampingan. Jalan kecil dari Klub Sarna menuju jalanan pujasera sudah sering dilewati Kaira. Tidak sampai lima menit, mereka berdua sudah berpindah dari lingkungan mewah ke tempat yang penuh dengan suasana rakyat biasa. Meskipun sudah pukul tiga dini hari, tempat itu tetap ramai, dengan pelanggan yang terus berdatangan. Kehadiran Kaira dan Mike menarik banyak perhatian. Pasangan pria tampan dan wanita cantik memang selalu mengundang lirikan orang. Mike sedikit mengernyit. Lingkungan yang ramai dan berisik seperti ini benar-benar bukan tempat yang biasa dikunjunginya. Biasanya, semua tempat yang didatanginya adalah ruang VIP atau yang telah dipesan khusus untuknya. "Aku mau beli semangkuk wonton, lalu makan di warung siomai goreng. Kamu mau makan apa?" "Sama sepertimu. Coba saja." "Baik." Kaira sudah membawa orang itu ke sini, jadi dia harus menemaninya. Saat dia memesan dua porsi wonton di warung, tiba-tiba melihat sosok yang mengulurkan kartu hitam kepada pemilik warung. "Bayar pakai kartu." Pemilik warung terkejut. Apa dia gila? Warung kecil begini mana bisa menerima pembayaran dengan kartu! "Kami nggak terima kartu." Ekspresi Mike langsung berubah gelap, seolah amarahnya akan meledak. Kaira buru-buru menghentikannya. "Aku yang bayar saja." Dengan sigap, Kaira langsung memindai kode QR dan membayar. "Sudah terbayar, Pak." "Baik." Pemilik warung menjawab sambil melirik Mike dengan tatapan penuh rasa jengkel, masih menganggapnya orang aneh. Untungnya, tipe Mike tidak seperti Devin. Meski suasana hatinya sering berubah-ubah, setidaknya dia masih cukup tenang. Kali ini, dia tidak marah. Kaira buru-buru berdiri di depannya dan tersenyum, mencoba mencairkan suasana. "Pak, cepat ya, aku sudah lapar." "Oke, sebentar lagi!" Pemilik warung melirik ke arah meja bumbu. "Bumbunya tambahkan sendiri." "Baik." Kaira mengambil dua mangkuk plastik bening, lalu mulai menambahkan acar sawi, rumput laut, daun bawang, sedikit ketumbar dan minyak wijen .... Sementara sibuk mengolah, Kaira menoleh dan terlihat olehnya ekspresi jijik di wajah Mike. "Mangkuk seperti ini kalau kena panas bisa menghasilkan zat beracun ...." "Oh, kamu 'kan mau yang sama denganku?" "Kamu dengar nggak sih aku bicara?" "Mau daun bawang? Mau ketumbar?" Jelas sekali, Kaira tidak mendengarkan kata-kata Mike. Mike sampai tertawa karena kesal. Anehnya, dia tidak merasa marah, malah dengan serius menjawab pertanyaan Kaira. "Mau daun bawang, nggak mau ketumbar." "Baik." Kaira menyiapkan satu porsi lagi. Tak lama, pemilik warung membungkuskan wonton dalam mangkuk. Setelah dibungkus, Kaira membawanya ke warung yang menjual siomai goreng. Di sana, dua meja kecil yang usang masih dipenuhi pelanggan, tetapi kebetulan ada dua kursi kosong. "Beruntung sekali." Kaira langsung duduk. Begitu mengangkat kepala, dia melihat wajah Mike yang penuh rasa jijik. Kaira buru-buru mengambil tisu untuk membersihkan kursi dan meja seperti pelayan. Di dalam hati, dia berkata, 'Setidaknya, aku sudah terima banyak uang tip dari pria ini, jadi ini semacam balas jasa.' "Sekarang sudah bersih, 'kan?" Baru setelah itu, Mike mau duduk. Tak lama kemudian, siomai goreng pun dihidangkan. Kulitnya berwarna keemasan, dihiasi dengan taburan wijen putih, sedangkan bagian bawahnya yang digoreng hingga kecokelatan dan renyah adalah bagian yang paling menarik selera. Hanya dengan melihatnya saja, orang sudah tak bisa menahan air liur. Kaira mengambil sepasang sendok dan garpu sekali pakai dan menyerahkannya kepada Mike. "Makanlah." Setelah itu, dia tidak lagi peduli pada Mike dan mulai makan sendiri. Mike duduk di sampingnya, sempat ragu beberapa saat. Melihat Kaira makan dengan lahap, dia pun menunduk dan menatap makanannya sendiri, akhirnya mengambil sendok dan garpunya. Begitu mencicipinya, dia benar-benar dibuat tercengang. Setelah mabuk semalaman, menyantap semangkuk wonton hangat, ditambah dengan siomai goreng yang renyah dengan isian daging yang berlimpah dan beraroma harum, rasanya seperti ada kehangatan yang menjalar dari perut hingga ke hati. Pengalaman seperti ini, ternyata cukup menyenangkan. Di kejauhan, Agnes yang sedang mentraktir temannya, tiba-tiba mendengar temannya berkata, "Eh? Bukankah itu Kaira? Pria di sampingnya ganteng sekali. Itu pacarnya?" "Astaga? Bukannya itu Tuan Mike? Astaga! Mataku nggak salah, 'kan? Kenapa Tuan Mike ada di tempat seperti ini?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.