Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 8 Tidak Disangka Orang Itu adalah Dia!

[Berhasil! Aku sudah kirim fotomu pada kakak sepupuku, dia bilang dia punya waktu luang besok! Dia minta kamu untuk bawa kartu keluarga dan ketemu di Kantor Catatan Sipil jam 9 pagi besok!] [Dia adalah orang yang sangat mementingkan efisiensi, hahaha!] Evelyn mengerutkan keningnya. Efisiensi? Bagus sekali. Dia sama sekali tidak membutuhkan orang yang suka menunda waktu. Keesokan paginya begitu fajar menyingsing. Evelyn sudah berdiri di depan Kantor Catatan Sipil sambil memegang kartu keluarga. Hari ini dia mengenakan gaun putih dan kardigan rajut berwarna krem ​​di atasnya. Rambut panjangnya diikat dengan longgar dan memperlihatkan lehernya yang ramping. Kinanti mengatakan jika kakak sepupunya sangat mementingkan efisiensi, ucapannya sama sekali tidak salah. Pada pukul 9 pagi, sebuah sosok datang membelakangi cahaya. Pria itu sangat tinggi, kemungkinan besar lebih dari 1,88 meter. Kaus hitam yang sederhana dan celana kerja yang dikenakan, menonjolkan bahunya yang lebar dan pinggang ramping. Kedua kakinya yang jenjang dan panjang sangat menarik perhatian. Saat pria itu mendekat, Evelyn baru bisa melihat wajahnya dengan jelas. Tidak disangka pria ini adalah dia! Dia adalah petugas pemadam kebakaran yang menolongnya dari tengah api pada malam kemarin lusa! Pada saat ini, sosok tubuh pria ini terlihat sangat jelas setelah melepaskan seragam pemadam kebakarannya. Rahang yang tegas terlihat sedikit dingin, bibir tipisnya mengerut dengan rapat. Kedua matanya bahkan terlihat lebih gelap dan dalam sampai tidak bisa terlihat dasarnya. Hormon di dalam tubuhnya hampir meluap keluar, wajahnya dipenuhi dengan aroma maskulin yang unik. Evelyn merasa detak jantungnya melambat. Pria itu berdiri di depan Evelyn. Pria itu hampir satu kepala lebih tinggi dari Evelyn, bayangan yang pria itu bahkan hampir menutupi seluruh tubuhnya. "Kamu adalah Evelyn Samon?" Selain sangat tampan, suaranya juga sangat merdu. Rendah, magnetik dan sedikit serak, suara ini terasa seperti listrik yang memasuki gendang telinga. Evelyn bereaksi kembali, lalu mengangguk. "Benar, apakah kamu adalah ... Kakak sepupu Kinanti?" Pria itu mengangguk, dia menatap Evelyn selama beberapa detik, lalu mengalihkan tatapannya. Tidak terdapat gejolak apa pun dalam suaranya. "Namaku Bryan Ronam." Evelyn sama sekali tidak berani memercayai hal ini. Tidak disangka Kinanti memiliki kakak sepupu yang ... setampan ini. Evelyn mengerutkan bibirnya, lalu menatap pria itu sambil berkata dengan tulus, "Terima kasih sudah tolong aku malam kemarin lusa." Kalau bukan karena pria ini, dia mungkin benar-benar sudah meninggal di tengah lautan api itu dan tidak memiliki kesempatan untuk terlahir kembali. "Ini adalah tugasku," katanya dengan singkat. Evelyn hampir tersedak. Baiklah, ucapan Kinanti memang benar. Pria ini memang memiliki temperamen yang buruk dan sedikit dingin. "Kamu sudah bawa kartu keluarganya?" tanya Bryan. "Sudah," kata Evelyn sambil tanpa sadar memberikan kartu keluarga padanya. Bryan berbalik setelah mengambilnya. "Ayo masuk ke dalam." "Pak Bryan," panggil Evelyn. "Bukankah kita ... terlalu terburu-buru? Apakah kita nggak perlu saling kenal lebih dalam lagi?" Pria itu sepertinya merasa pertanyaannya terlalu berlebihan. "Kinanti sudah bilang semuanya padaku, saling kenal lebih dalam cuma akan buang-buang waktu." Evelyn, "..." Kinanti adalah orang yang sangat suka berbicara, sepertinya semua masalahnya sudah diketahui oleh pria ini. "Tapi sebelum kita buat surat nikah, ada beberapa hal yang harus ditentukan." Bryan mengangkat alisnya, meminta Evelyn untuk melanjutkan ucapannya. "Hal pertama, ini adalah pernikahan atas dasar perjanjian, kita akan ambil apa pun yang dibutuhkan oleh kita. Aku nggak akan ikut campur dengan kehidupan pribadimu, aku harap kamu juga." "Nggak masalah." "Hal kedua, harta kita nggak akan digabung meskipun sudah menikah. Aku nggak incar uangmu, kamu juga nggak boleh." Pria itu menatapnya. "Nggak masalah." "Hal ketiga, ini adalah hal yang terpenting, aku paling benci ditipu. Nggak peduli apa pun itu bentuk tipuannya, pernikahan ini akan langsung berakhir. Apakah kamu bisa melakukannya?" Dia sama sekali tidak bisa terima jika ditipu. Saat mendengar ini, mata Bryan sedikit menyipit. Ekspresi yang terlihat sedikit malas menjadi lebih serius saat ini. Dia menatap wanita itu selama beberapa saat. Evelyn juga menatapnya lekat-lekat. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, "Baik." "Persyaratanku ini saja. Bagaimana denganmu, Pak Bryan?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.