Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Chapter2

Aku sedikit bingung. Kenapa ayah tiriku tiba-tiba mengatakan hal seperti ini? Aku merasa pipiku memanas. Tangan ayah tiriku seakan memiliki sihir, membuat seluruh tubuhku menjadi sensitif. "Tapi ... aku ...." Sebelum aku sempat menyelesaikan kata-kataku, tangan ayah tiriku sudah meluncur ke pantatku, lalu meremasnya pelan. Aku ingin mendorongnya, tetapi tubuhku tidak mau menuruti perintahku. Sebaliknya, tubuhku merasakan kenyamanan yang tak terlukiskan. Tangan ayah tiriku terus menjelajahi tubuhku, sementara aku bisa merasakan diriku mulai basah. "Ah .... Ayah, jangan melakukan ini ...." Aku terengah-engah, merasa seperti tubuhku tersulut api, dengan gelombang panas yang mengalir di tubuhku. Jari ayah tiriku mengusap area sensitifku dengan lembut, membuatku tidak bisa menahan diri untuk mengeluarkan erangan. "Tasya, tahan sebentar lagi. Setelah Paman Widodo pergi, Ayah akan menebusnya untukmu." Napas ayah tiriku juga menjadi cepat. Dia menunduk untuk meniup telingaku, membuat seluruh tubuhku merinding. Tangan besarnya meremas pantatku, membuatku merasa hampir kehilangan kendali. Pikiranku langsung kacau. Kenapa aku menjadi begitu sensitif? Sentuhan ayah tiriku membuat seluruh tubuhku lemas, seolah-olah tulangku meleleh. Aku teringat pada teman-teman pria yang sering bergosip tentangku, mengatakan bahwa aku terlahir untuk menjadi seorang penggoda. Sekarang, tampaknya mereka memang benar. Tangan ayah tiriku menjadi makin berani. Dia juga tampak menikmati reaksiku. Aku merasa hampir tidak bisa menahannya lagi, seakan ada kekuatan yang bergejolak ingin dilepaskan di tubuhku. Aku menggigit bibirku, mencoba menahan dorongan ini. Namun, tangan ayah tiriku seolah memiliki kekuatan sihir, membuat seluruh tubuhku menjadi lemas. "Ah .... Ayah, aku ... aku nggak tahan lagi ...." Aku merasa hampir ambruk ke dalam pelukannya. Tangan ayah tiriku masih terus bergerak, membuatku mengerang tanpa terkendali. Pikiranku sudah benar-benar kosong, hanya tersisa sensasi fisik. Keesokan sorenya, Paman Widodo datang sesuai janji. Aku menatap pria tampan dan tinggi di depanku. Dia adalah Paman Widodo, orang yang selalu ayah tiriku bicarakan. Dia lebih tinggi dan lebih kekar dari yang aku bayangkan. Tingginya 190 sentimeter, dengan tubuh bugar yang membuatku merasa sedikit gugup. Begitu dia masuk, tatapannya langsung tertuju padaku, menilaiku dari atas sampai bawah. Hari ini aku mengenakan gaun bertali tipis yang sengaja dipilihkan ayah tiriku. Aku terlihat polos sekaligus juga menggoda. Punggungku yang terbuka tampak putih dan memikat. Aku bisa merasakan tatapan Paman Widodo yang tertuju padaku, terutama ketika tatapannya jatuh pada dadaku yang tidak memakai bra. Aku tidak bisa menahan diri untuk tersipu. "Ini Tasya, ya. Kamu makin lama makin cantik saja. Hadi, kamu benar-benar beruntung!" kata Paman Widodo. Paman Widodo memuji, sementara matanya penuh kekaguman dan nafsu. "Haha, benar! Aku merawatnya dengan sangat cermat. Tasya ini adalah harta karun berharga." Ayah tiriku berkata dengan nada bangga, sementara tangan besarnya kembali meraba tubuhku, seolah memamerkan prestasinya. Tatapan Paman Widodo menjadi makin panas. Dia berjalan ke arahku, lalu tangan besarnya langsung mendarat di pahaku.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.