Bab 212
Sania mengikuti arah pandangan sang wali kota, lalu melihat seorang pria tinggi di sampingnya. Dia mengenakan setelan jas putih, tubuhnya tegap dengan proporsi yang sangat ideal.
Wajahnya tertutup topeng berbentuk merak putih, hanya memperlihatkan dagu tegas dan bibir yang terkatup rapat.
Aura yang dipancarkannya begitu kuat, membawa perasaan tertekan yang membuat orang enggan mendekat.
Sania sempat membuka mulut, hendak mengatakan bahwa ini juga pertama kalinya dia menghadiri acara seperti ini.
Namun Charlie sudah melangkah mendekat, berhenti di hadapannya dan sedikit menunduk memberi salam.
"Nona tampaknya sangat gugup." Dia mulai menyapa, suaranya rendah dan dalam, dengan daya tarik yang memikat.
Jantung Sania berdegup kencang.
Suara ini ... terlalu mirip. Tapi mana mungkin itu dia?
Lagi pula, tempat ini berjarak lebih dari tiga puluh ribu kilometer dari Kota Handara.
"Maaf, aku kurang bisa berdansa." Suaranya sedikit serak, menahan gugup.
Pria itu tersenyum. "Santai saja, biar aku

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link