Bab 253
Ternyata bukan mimpi!
Kakaknya pernah datang!
Windi perlahan-lahan menggerakkan jari-jarinya yang digenggam oleh Sandi.
Hampir di saat yang sama, sepasang mata Sandi yang setajam elang tiba-tiba terbuka, sorot matanya jernih tanpa sedikit pun terlihat baru bangun tidur.
Sandi segera duduk tegak dan menyentuh dahi Windi, seketika alisnya melonggar. "Hm, akhirnya demammu turun."
Suara pria itu terdengar sedikit lelah, gadis ini semalaman terus-menerus mengalami mimpi buruk, membuat Sandi tidak bisa tidur.
Windi merasa agak malu. Dia memalingkan wajah, lalu berkata dengan suara serak, "Ini ... ini di mana?"
Sandi menjawab dengan santai, "Di Puncak Mega Tirta. Air panas dan udara di sini cocok untuk penyembuhan luka."
Setelah selesai berbicara, pria itu berjalan keluar, menampakkan punggungnya yang tegap.
Windi menatap punggungnya dengan perasaan campur aduk.
Tidak lama kemudian, seseorang membuka pintu.
Sania segera masuk dengan wajah cemas.
"Sania?" Windi mengira dirinya berhalusinasi. D

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link