Bab 272
Suara gemuruh helikopter menggema saat mendarat di Puncak Mega Tirta.
Sania melompat turun lebih dulu, matanya menyapu landasan. Dia tidak melihat sosok Bernard, juga tidak terlihat helikopter asing lainnya.
"Dia memang pergi bersama tim lain," pikirnya dalam hati.
Sania menghela napas pelan. "Ya, dia tertembak. Lebih baik pulang ke kastel untuk mengobati lukanya,"
Eko turun mengikuti Sandi. Setelah melewati krisis hidup dan mati, tubuhnya memancarkan kelelahan mendalam, tetapi sorot matanya tetap menyimpan kegembiraan yang tidak bisa disembunyikan.
Putranya masih hidup, itu lebih berharga dari segalanya.
Hati yang telah terbebani selama separuh hidupnya, akhirnya bisa sedikit tenang.
Sebuah sosok yang ceria berlari keluar dari vila seperti anak rusa di hutan.
Windi membuka tangan lebar-lebar, langsung mengarah ke pelukan Sandi.
Namun, saat hampir mencapai pelukan yang akrab itu, sudut matanya menangkap wajah tua yang berdebu dan lelah.
"Ayah?" Windi terhenti, matanya membelalak. "Kena

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link