Bab 295
Nenek tua itu kembali tersenyum ramah, lalu menyerahkan dua gelang yang dirangkai dari Buah Tujuh warna.
Dia memberi isyarat agar mereka mengenakannya di pergelangan tangan masing-masing. Mereka pun saling mengenakan gelang itu dengan hati-hati.
Tiba-tiba, Bernard mendekat ke telinga Sania, napasnya hangat.
Sekarang, aku harus pura-pura mencium kamu sebentar, dan upacara ini selesai. Kalau nggak, nanti kita nggak bisa duduk di meja utama saat makan."
Sebelum Sania sempat membalas, Bernard sudah menunduk dan mengecup sudut bibirnya.
Ringan seperti sentuhan sayap capung, tetapi tidak bisa ditolak.
Para tamu yang menyaksikan segera bersorak, mengangkat kelopak bunga yang mereka pegang.
Ada beberapa orang tua dan anak-anak berlari ke pohon harapan, melempar bola harapan merah ke cabang-cabangnya.
Suasana hangat dan penuh cinta langsung memuncak, udara dipenuhi aroma kebahagiaan.
Joel datang membawa nampan berisi dua bola harapan. Satu merah, satu hijau.
"Pak Bernard, Bu Sania, silakan lemp

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link