Bab 680
Aku menyentuh wajahku dan baru menyadari bahwa pipiku basah.
Aku terdiam, bingung. Aku menangis?
Rafael tiba-tiba mengeluarkan tisu basah dan mulai menyeka wajahku dengan hati-hati.
Bibirnya terkatup rapat, ekspresinya serius dan tegang, seolah setiap gerakannya sangat penting.
Aku menangkap sekilas rasa penyesalan di matanya.
Dia menyesal? Menyesali apa?
Aku tidak bisa memahaminya.
Setelah selesai menyeka wajahku, dia menatapku dalam-dalam. "Vanesa, kamu benar-benar nggak apa-apa?" tanyanya lagi.
Aku menggeleng pelan dan membalas halus, "Aku baik-baik saja."
Dia tampak menghela napas lega. "Syukurlah. Aku sempat berpikir kalau kamu ... "
Aku memotongnya sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, "Aku ingin tinggal di rumah ibuku beberapa hari."
Ekspresinya membeku, sejenak terdiam.
Aku menutup mata, merasa lelah. "Rafael, aku benar-benar lelah. Aku ingin pulang."
Pulang. Ke rumah yang selalu terasa aman dan tenang sejak kecil.
Rafael mengantarku pulang ke rumah ibuku.
Ibuku yang han

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link