Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4

Wenny menutup berita dan mencari informasi tentang Grup Sondika. Saat menunggu halaman muncul, Wenny merasakan telapak tangannya tiba-tiba menegang, kuku-kukunya menusuk kulit. Tidak lama kemudian, dalam situs web Grup Sondika, ada unggahan tentang imbalan tinggi bagi yang menemukan putri Keluarga Sondika. Pada saat itu, hati Wenny terguncang. Wenny membuka unggahan dengan tangan gemetar. Pada unggahan berita putri hilang, foto putri mereka masih berumur dua tahun, tetapi didandani seperti seorang putri. Selama bertahun-tahun, Keluarga Sondika telah bekerja sama dengan banyak yayasan pencari anak, tetapi tidak ada petunjuk sama sekali. Wenny melihat foto Bu Helen lagi dan hatinya menjadi bimbang. Apakah mungkin wajahnya bisa mirip dengan Bu Helen walaupun tidak memiliki hubungan darah? Selama bertahun-tahun, kehidupan yang dilewati Wenny tidak mudah. Setelah panti asuhan membiayainya hingga SMA, kepala panti asuhan berubah sikap dan meminta dia untuk menghasilkan uang sebagai balas budi kepada panti asuhan. Oleh karena itu, Wenny mulai bekerja sambil kuliah. Bahkan, dia juga harus berseteru dengan dekan ... "Srek." Wenny menunduk dan melihat bekas merah pada telapak tangannya. Wenny memejamkan mata, dia tidak ingin mengingat masa lalunya. Namun, berita pencarian anak hilang membuatnya goyah. Malam itu pun berlalu. Keesokan paginya saat bangun, Wenny berjalan menuju ke kamar mandi untuk mandi dan mengeringkan rambut. Pekerjaannya di rumah sakit belum pernah membuatnya menjalani hidup dengan sesantai ini. Namun, setelah tiba-tiba dipecat dan tidak ada lagi bayangan Juan di sisinya setelah bangun, dia merasa ada sesuatu yang hilang. Wenny menatap dirinya di cermin, wajahnya pucat, dan di dalam mata bening dan gelap itu seolah tersembunyi awan yang sangat kelam. Wenny menghela napas sambil tersenyum pahit, berbicara pada dirinya sendiri di depan cermin. "Wenny, bisakah kamu senang sedikit?" Wenny mengambil kosmetik yang sudah lama tidak digunakan dari meja rias, lalu dia merias tipis wajahnya. Kemudian, mengambil pakaian yang sopan dari lemari. Wenny belum pernah menghadiri pesta, jadi dia tidak tahu harus memakai apa. Selama tiga tahun ini, Wenny lebih banyak membelikan barang untuk Juan daripada dirinya sendiri. Wenny biasanya kerja di rumah sakit dengan jas putih. Pakaian Wenny hanya sedikit dan tidak pernah beli baru. Kini, dia mengenakan gaun panjang putih yang pas di badan, yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Dia memakai hiasan rambut yang sederhana dan elegan, dipadukan dengan anting mutiara. Wenny mengatupkan bibir. Ini adalah penampilan terbaik Wenny. Entah bagaimana penilaian Bu Helen saat melihatnya nanti. Wenny keluar rumah. Dia pergi ke acara perjamuan Keluarga Sondika dengan naik taksi. Sesampainya di rumah bergaya barat yang megah di depan mata, dia melihat banyak mobil mewah terparkir di depan. Para tamu berpakaian mewah dan cantik, tertawa dan berbincang saat mereka masuk. Wenny berdiri di pojokan dan tampak canggung. Musik klasik mengalun di ruang pesta itu, bagaikan suara aliran air yang memanjakan telinga, makin mengusik pikiran Wenny. Dia melangkah maju, tetapi langsung dihalangi. "Nona, apakah Anda memiliki undangan?" Suara pelayan itu keras, sehingga para tamu lain bisa dengar. Pandangan mereka semua tertuju pada Wenny. Tanpa melihat wajahnya, mereka mengejeknya dari belakang, "Kapan orang seperti itu diundang?" Mereka bisa melihat bahwa dia tidak punya uang dan kekuasaan. "Mungkin dia penipu. Lihatlah, dia bahkan nggak bisa menunjukkan undangan." Wenny mendengarkan ucapan mereka yang menekankan perbedaan yang jelas antara dirinya dan masyarakat kelas atas. Wenny bingung menjelaskan tujuan kedatangannya. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia ingin bertemu dengan Bu Helen karena dirinya adalah putri kandung Keluarga Sondika. Saat itu, di dalam ada seorang gadis yang berpakaian anggun dan cantik, memegang gelas anggur merah, matanya tertuju ke luar pintu. Ketika melihat Wenny, ekspresinya berubah muram. Gadis itu memanggil satpam itu dan membisikkan sesuatu ke telinga satpam. Tidak lama kemudian, ada pengawal yang muncul di hadapan Wenny. "Nona, kamu nggak bawa undangan, jadi cepat pergi. Jangan sampai kami ambil tindakan." Pengawal itu tampak kuat dan wajahnya tidak bersahabat. Wenny terdiam sejenak, kemudian memberanikan diri mengatakan, "Aku hanya ingin bertemu Bu Helen sebentar." "Nona, ini bukan diskusi, melainkan perintah." "Aku sudah baca tentang putri Keluarga Sondika yang hilang ... " Sebelum Wenny menyelesaikan kata-katanya, pengawal itu langsung menyeret Wenny keluar. Sikap Wenny langsung berubah. Dia ingin melawan, tetapi tidak mampu melawan mereka. Saat diusir, tiba-tiba ada seseorang yang berkata tegas. "Lepaskan dia." Wenny terkejut mendengar suaranya. Saat itu juga, Wenny menoleh. Dia melihat pria berpakaian jas dan sepatu kulit, salah satu tangannya masuk saku, tatapan dalam dan tajam, ekspresi wajahnya dingin, dan auranya menakutkan. "Apa dia adalah Yonan?" pikir Wenny. Wenny merasa tertegun. Dia masih ingat bagaimana Yonan menolongnya yang berada dalam kesulitan di rumah sakit semalam, sekarang pria itu juga ... Ketika pengawal melihat kedatangan Yonan, ekspresi mereka berubah. Mereka tidak berani melawan dan segera melepaskan Wenny. "Pak Yonan ... " Namun, Yonan menatap Wenny sambil bertanya, "Kamu mau masuk?" Wenny sadar bahwa Yonan sedang bertanya padanya. Tanpa membantah, Wenny mengangguk. "Ayo masuk denganku." Suara pria itu dalam dan berkarisma. Wenny merasakan getaran aneh di seluruh tubuhnya, lalu segera menghampirinya. Setelah menghampiri Yonan, para pengawal itu pergi. Yonan bertanya dengan santai, "Kamu masih ingat aku." "Pak Yonan." Wenny berusaha menenangkan diri. "Apa kamu masih ingat dengan pembicaraan semalam?" Wenny merasa gejolak dalam hatinya. Dia tidak bisa menahan diri lagi, akhirnya dia mendongak ke arah Yonan. Dia menatap Yonan dan bertanya, "Pak Yonan, kenapa kamu mau membantuku?" "Padahal kita belum pernah bertemu atau saling kenal." "Apa ini alasan kamu nggak mencariku?" "Saat ini, hanya aku yang bisa membantumu masuk ke dalam." Yonan tersenyum iseng. Yonan tidak menjawab pertanyaan Wenny. Sebaliknya, pria itu berjalan menuju mobil. "Pesta belum mulai. Ayo, ikut aku. Aku ajak kamu pergi ke suatu tempat." Wenny menatap punggung Yonan. Namun, saat ini Wenny tidak punya pilihan lain, selain ikut dengan pria itu. Ketika ada penata rias yang meriasnya, barulah Wenny sadar tujuan Yonan. Wenny bertanya dengan nada datar, "Apa riasanku kampungan?" Yonan duduk di sofa sambil membaca koran. Saat mendengar pertanyaan Wenny, pria itu mengangkat wajahnya. Wajah Wenny terpantul di cermin, pria itu mengamati alis dan matanya dengan saksama. Jika Wenny benar-benar adalah putri kandung Keluarga Sondika, mana mungkin tidak memiliki wajah cantik? Wenny memiliki kecantikan alami. Wajah mungil yang cantik, hidungnya mancung, dan bibirnya merah, sehingga tidak perlu banyak perawatan untuk membuatnya terlihat cantik. Namun, Yonan mengenal acara perjamuan orang kaya seperti apa. Yonan memperbaiki riasan Wenny juga demi kebaikan gadis itu. Yonan menunduk lagi, kemudian memerintahkan penata rias, "Kamu sudah mengerti permintaanku?" Penata rias itu menjawab, "Baik, tenang saja, Pak Yonan." Setengah jam kemudian, riasan Wenny sudah berubah, bahkan rambutnya juga ditata. Rambutnya yang biasanya hitam, panjang, dan lurus kini dibuat sedikit bergelombang dan diikat, memperlihatkan lehernya yang sempurna. Namun, melihat penampilannya dalam cermin, justru membuat Wenny tidak fokus. Wenny bukan mengagumi kecantikannya sendiri, melainkan dia teringat dengan Bu Helen. Waktu melihat wajah Bu Helen semalam, wajahnya terus terbayang di benak Wenny. Yonan sedang memainkan pemantik api. Pria itu ingin merokok, tetapi dia menahan keinginannya. "Pak Yonan, coba Anda lihat, apa Anda puas dengan penampilannya saat ini?" Penata rias itu memutar kursi, sehingga Wenny menghadap ke arah Yonan. Yonan mengangkat kepalanya. Saat melihatnya, perasaan Yonan langsung bergejolak. "Astaga, mereka benar-benar mirip!" pikir Yonan.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.