Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 14 Wanda Pulang ke Tanah Air

Namun, Kirana juga tidak lupa dengan tanggung jawabnya. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Besok biar aku saja yang membuat sarapan." Mana ada alasan masuk akal seorang penopang finansial melayani dirinya sendiri? Yansen terkekeh pelan, tubuhnya yang masih mengenakan pakaian rumah berwarna hitam, terlihat agak malas. Dia berjalan mendekat, menarik kursi di depan meja makan, lalu duduk. "Kamu nggak perlu canggung begitu. Setelah kita mendaftarkan pernikahan hari ini, secara hukum kamu adalah istriku." Melihat sikapnya yang begitu terbuka, Kirana pun tidak lagi berputar-putar, dan langsung bertanya, "Kalau begitu, Pak Yansen, berapa lama jangka waktu pernikahan kontrak ini? Bagaimana kalau kita buat perjanjian tertulis, bagaimana menurutmu?" Bagaimanapun juga, urusan bisnis itu harus jelas. Dia tetap harus menetapkan batas waktu untuk dirinya sendiri. Jika Yansen menyebutkan waktu yang terlalu lama, dia harus mempertimbangkannya dengan serius! Masa emas seorang pria sangat panjang, saat Yansen mengajukan perceraian nanti, dia masih akan menjadi bujangan emas yang diperebutkan banyak orang. Tapi dirinya? Akan jadi wanita berusia matang dengan riwayat yang tidak baik, siapa yang mau menerimanya. Yansen yang sedang memegang pisau dan garpu, sedikit terhenti, seolah sedang mempertimbangkan hal itu. Setelah lama berpikir, dia mengangguk. "Baik, aku akan minta sekretaris menyusun kontrak. Kita tanda tangan dulu untuk satu tahun." "Baik." Akhirnya Kirana merasa lega, lalu kembali mencicipi bubur buatan Yansen. Hmm, memang enak sekali. ... Setelah sarapan, dia membawa KTP dan kartu keluarga bersama Yansen pergi ke kantor catatan sipil untuk mendaftar pernikahan. Mengambil foto, tanda tangan, cap sidik jari, satu rangkaian prosedur selesai. Kurang dari setengah jam, dirinya sudah resmi menjadi istri Yansen secara hukum. Buku merah menyala itu, meski sudah ada di tangannya, tetap terasa tidak nyata. "Aku akan minta asistenku mengantarmu ke rumah sakit menemui ibumu dulu. Malam ini, setelah pulang kerja, langsung saja ke rumahku." Yansen, yang sudah mengenakan jasnya, jelas-jelas telah kembali menjadi presdir yang dingin dan arogan. Nada bicaranya mutlak, tidak memberi celah untuk dibantah. Kirana mengangguk setuju, lalu pergi bersama asisten itu. Tak lama setelah mereka pergi, sebuah mobil Maybach hitam perlahan berhenti di samping Yansen. Jendela belakang mobil diturunkan, tampaklah wajah tampan Surya dengan sikap seenaknya. "Kadang aku benar-benar nggak mengerti kamu. Mengambil risiko sebesar ini untuk menikah dengannya, tapi tetap nggak mengungkapkan perasaanmu, sebenarnya apa maumu?" Yansen menatapnya sekilas, lalu membuka pintu mobil dan masuk, suaranya dingin dan tajam. "Sekarang dia sama sekali nggak punya perasaan terhadapku." "Lalu?" Surya membelalakkan mata. "Kamu tahu betul kalau pernikahan ini dilakukan diam-diam, begitu orang tuamu tahu, akibatnya akan bagaimana! Apa itu sepadan untuknya?" Di mata Surya, kalau wanita ini tidak menarik baginya, cukup tidur semalam lalu selesai. Kalau cocok, berarti tidur beberapa kali lagi, beres. Dia benar-benar tidak paham kenapa Yansen begitu nekat demi seorang asisten biasa. "Kalau kamu nggak bilang, mereka nggak akan tahu." "Itu sama saja dengan membohongi diri sendiri!" Surya mendengus tak habis pikir. "Sejujurnya, aku malah penasaran, kalau sampai akhir nanti si asisten kecil itu tetap nggak punya perasaan padamu, apa yang akan kamu lakukan!" Yansen tidak menanggapi, dia hanya menunduk membuka laptop untuk mengurus pekerjaannya. Hal-hal ini tidak bisa ditunda sampai malam. Hari ini adalah malam pertama pernikahan resmi mereka, dia tidak berniat selamanya bersikap seperti pria alim. Setelah mobil melaju, Surya tiba-tiba teringat sesuatu dan menepuk bahu Yansen. "Oh iya, minggu depan Wanda akan pulang ke tanah air, kita bertiga harus kumpul bareng! Kamu sudah lihat unggahannya di media sosial? Dia sekarang benar-benar cantik sekali!" Dia bicara dengan bersemangat, tapi Yansen bahkan tidak mengangkat kepalanya. "Minggu depan saja dibicarakan." "Hey! Dia datang khusus untuk bantu kamu, kamu terlalu nggak berperasaan, tahu!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.