Bab 142
Gilang memalingkan wajahnya, menggertakkan gigi tanpa mengucapkan sepatah kata.
Orlin menarik napas panjang. Mendengar bel tanda sekolah usai berbunyi, dia berkata pada Bisma, "Kamu boleh keluar dulu."
Bisma merasa lega dan segera meninggalkan kantor.
Orlin menahan Gilang sebentar, menenangkannya dengan beberapa kata. Setelah berpikir dengan matang, Orlin memutuskan untuk memindahkan tempat duduk Gilang sebelum membiarkannya pergi.
Kini, di kantor hanya tinggal Orlin dan Yoga.
Yoga akhirnya menjelaskan, "Aku sempat mendengar sedikit soal situasi di keluarganya Gilang. Ibunya meninggal dua tahun lalu karena kanker dan meninggalkan banyak utang. Ayahnya bekerja di luar kota dan sudah tiga tahun nggak pulang. Sekarang, dia tinggal bersama neneknya, tapi neneknya juga sakit-sakitan. Penglihatannya bermasalah dan hampir nggak bisa melihat dengan jelas."
"Sepertinya sarung tangan itu peninggalan terakhir dari ibunya sebelum meninggal. Sarung tangan itu sudah terlalu kecil dan dia nggak tega

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link