Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 5

Aku digendong masuk ke dalam mobil, namun rasa takutku belum juga mereda. Tubuhku terus gemetar tanpa henti. Dari atas kepalaku terdengar helaan napas pelan dan lembut, lalu Devan menarikku masuk ke dalam dekapannya. "Maaf ... ini semua salahku. Tapi tenang, semua rasa sakit dan ketakutanmu malam ini nggak akan kubiarkan sia-sia." Aroma tubuhnya membuat hatiku terasa lebih tenang. Setelah beberapa lama, akhirnya napasku mulai stabil kembali. "Profesor Devan, aku ingin pulang." "Baik, aku antar kamu pulang." Rumahku berada di gang tua, dan mobil tidak bisa masuk. Jadi dia hanya bisa memarkir mobil di depan gang. Kancing kemeja di tubuhku semuanya terbuka. Karena takut terlihat, aku hanya bisa menggenggam erat jas luar milik Devan. "Em ... Profesor Devan, bolehkah aku memakai jasmu untuk pulang? Nanti kamu tinggal beri alamatmu saja. Aku akan mencucinya di laundry lalu mengirimkannya kembali kepadamu." Setelah aku selesai bicara, Devan refleks melirik ke tubuhku. Awalnya tak apa-apa, tapi begitu melihat dengan jelas, rona merah langsung menyebar di wajahnya, bahkan sampai ke telinganya. "Jas ini nggak menutup dengan rapat ... Kamu tunggu di sini sebentar." Aku menunduk dan melihat ke bawah. Ukuran payudaraku memang terlalu besar, jadi jas itu sulit menutup tubuhku dengan baik. Begitu dia berkata demikian, Devan mulai membuka kancing kemejanya sendiri. Melihat otot dadanya yang bidang, kini giliran wajahku yang panas membara. Dia menyodorkan kemejanya padaku. "Pakai ini untuk pulang." Aku tidak berani menatapnya langsung, tapi dari sudut mataku, aku melihat jelas otot perutnya yang kotak-kotak. Tubuhnya benar-benar tipe pria yang "kelihatan kurus saat berpakaian, tapi berotot saat membuka baju". "Aku ... ganti baju di sini?" Aku melirik sopir, lalu kembali melihat dia. Sopir yang peka langsung turun dari mobil, sementara Devan membalikkan badan, tidak menghadap ke arahku. "Aku juga nggak bisa turun dari mobil dengan keadaan seperti ini. Kamu ganti saja, aku nggak akan melihat." Aku ragu sesaat, tapi akhirnya memilih percaya padanya. Setelah selesai ganti baju, aku berterima kasih padanya. Saat aku meminta alamat dan kontaknya untuk mengembalikan bajunya nanti, dia tidak memberikan apa pun. Dia hanya bilang untuk langsung membuangnya. Hatiku sedikit kecewa, tapi aku bisa memahaminya. Keluarga Kardian adalah salah satu keluarga yang paling berkuasa di Kota Jomala. Sebentar lagi dia akan mengambil alih perusahaan besar, jadi wajar kalau dia berhati-hati menjaga jarak, apalagi terhadap perempuan seperti aku yang bekerja di tempat hiburan malam. Begitu aku baru sampai di rumah, telepon dari Kak Yuna langsung masuk. Yang dia pedulikan cuma tiga hal. Apakah aku pulang bersama Devan, apakah aku sudah tidur dengannya, dan apakah aku berhasil dapat nomor kontaknya. Saat tahu jawabanku hanya "ya" untuk pertanyaan yang pertama, sementara yang lainnya "tidak" ... Kak Yuna langsung menyentak, [Bikin repot saja. Gajimu sudah aku transfer. Besok kamu nggak usah datang kerja lagi.] Telepon terputus begitu saja. Melihat uang yang dikirim hanyalah gaji pokok, aku sudah tak punya tenaga untuk merasa sedih lagi. Setelah dipakai bayar biaya rawat inap, uang yang kuterima itu hanya cukup untuk membeli obat ayahku selama dua hari. Aku sempat mengira hari ini aku bertemu malaikat baik hati dan bisa dapat tip lebih banyak. Tidak disangka yang menungguku justru musibah yang datang di waktu paling tidak tepat. Keesokan paginya, aku buru-buru berangkat ke sekolah. Saat seharian mengajar, aku merasa murid-murid maupun para guru menatapku dengan cara yang sangat aneh. Menjelang pulang, kepala sekolah memanggilku ke kantornya. Dia menatapku sambil tersenyum kecil dan maksud tidak baik. "Pak Sandi, ada apa?" "Ada apa? Sepertinya Bu Melia belum melihat postingan di forum sekolah ya?" Keningku berkerut, dan ada firasat buruk yang menjalar. Aku segera membuka ponsel, masuk ke forum kampus, dan langsung melihat postingan dengan popularitas tertinggi berjudul. "Guru aktif dari SMA 9 tertangkap basah melayani tamu di Klub Gempita." Dan di bawahnya terpampang foto-foto saat aku memakai jas Devan, saat dia menggendongku keluar dari ruang VIP, dan juga saat aku masuk ke mobilnya.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.