Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7

Saat aku bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi, barulah aku teringat kalau aku sudah kehilangan pekerjaan. Aku membersihkan diri, menyiapkan makanan yang ringan, lalu pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ayahku. Ayahku terlihat terkejut melihatku datang pada jam segitu. "Bukankah hari ini hari Rabu? Kamu nggak ada kelas?" Aku melirik jam dan melihat waktu baru menunjukkan pukul lima sore. Aku memang terlalu cepat datang. "Sore ini nggak ada kelas, dan nanti malam juga nggak ada kelas tambahan. Jadi aku minta izin pulang dan menyiapkan sedikit makanan untukmu. Belakangan ini aku sibuk, sudah lama aku nggak menjenguk Ayah," jawabku sambil tersenyum. Beberapa waktu setelah operasi, ayahku harus terus-menerus minum obat. Tubuhnya semakin kurus sampai hampir tidak dikenali, dan suaranya juga sangat lemah. "Istirahatlah sebentar. Karena penyakit ayah, kamu bahkan nggak punya satu hari pun untuk benar-benar beristirahat." Saat mengatakan itu, mata ayahku kembali memerah. "Lia, penyakit ini nggak bisa disembuhkan. Kita hentikan saja pengobatannya, ya? Kamu bawa Ayah pulang saja. Ayah takut kalau terus berobat begini, malah membuat hidupmu semakin berat." Setiap kali aku datang, dia selalu mengatakan hal yang sama. Dan setiap kali mendengarnya, rasanya seperti ada batu besar menekan tenggorokan dan dadaku. Aku memaksakan senyum. "Ayah, jangan bilang begitu. Selama Ayah masih ada, itu sudah menjadi harapan terbesarku." Ketika aku meninggalkan rumah sakit, hujan gerimis mulai turun. Udara awal musim hujan terasa semakin dingin, menusuk sampai ke tulang, seperti dinginnya hati manusia. Tiba-tiba ponselku berdering, menampilkan nama Marcel. Otakku langsung tersentak. Aku ingat semalam sempat menerima telepon darinya, dan sepertinya membahas soal les tambahan. Tapi setelah itu, aku benar-benar lupa apa yang kubicarakan dengannya. Aku tidak langsung mengangkat. Meski berpikir keras, aku tetap tidak bisa mengingat percakapan sebelumnya. Setelah panggilan pertama berakhir, Marcel menelepon lagi. Aku menarik napas panjang, dan mempersiapkan diri menghadapi situasi itu. "Halo?" Nada suara Marcel terdengar senang dan antusias. [Bu Melia, aku sudah kirim lokasi rumahku. Tapi sekarang hujan, Ibu lagi di mana? Aku suruh sopirku menjemputmu, ya?] Aku mengerutkan dahi dan menurunkan suara. "Em ... Marcel, semalam aku agak nggak enak badan. Aku cuma ingat kamu bilang ingin les tambahan ... lalu ... setelah itu kita ... " [Ibu kan sudah setuju! Setiap selesai kelas sore, Ibu akan datang memberiku les satu jam tambahan, dan tarifnya satu juta per jam.] "Setuju? Ba ... bagaimana aku bisa setuju? Apalagi tarif satu juta per jam itu terlalu mahal!" [Awalnya Ibu memang nggak mau, tapi aku sudah jelaskan banyak hal. Dan karena melihat suasana hatiku nggak baik, Ibu akhirnya setuju. Bu Melia, apa sekarang Ibu berubah pikiran lagi?] Nada suara Marcel tiba-tiba terdengar sedih, dan aku mulai sedikit mengingat kembali beberapa hal. Dia bilang dia ingin masuk jurusan Keuangan di Universitas Jomala. Namun karena kemampuan dasarnya kurang, dia masih belum bisa masuk. Kemarin, ketika aku bilang tidak bisa memberinya les tambahan, dia menjadi sangat emosional, bahkan bilang tidak ingin belajar lagi dan ingin melapor ke pihak sekolah soal postingan forum. Melihat emosinya yang begitu tidak stabil, aku teringat bahwa sejak semester ini aku mengajarnya, beberapa guru sebelumnya mengatakan bahwa dia tampak berubah, lebih rajin, lebih giat, dan mulai punya tujuan yang jelas. Aku khawatir kalau penangguhan pekerjaanku akan memengaruhi dia. Jadi, aku pun setuju untuk memberinya les tambahan. Potongan-potongan ingatan itu datang bertubi-tubi, membuat pelipisku berdenyut kencang. Akhirnya aku berkata dengan tegas, "Nggak. Aku sudah setuju memberimu les tambahan, dan aku nggak akan berubah pikiran." Mendengar itu, Marcel kembali terdengar bersemangat. Sebelum menutup telepon, dia sempat berkata, [Kemarin Ibu juga banyak bertanya tentang kakakku. Kebetulan malam ini dia pulang, nanti kalian bisa saling kenal!]

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.