Bab 2 Senin Tidak Bisa, Selasa Saja
Selain Elbert melihatnya, masih ada ratusan mata yang melihatnya.
Seketika di otak Angel muncul dua keputusan, satu tidak mau ngakui, satunya lagi surat pengunduran diri.
Kalau Elbert bilang semalam dirinya di bar yang antusias mengajak ....
"Lusa sore ada kecelakaan di Jalan Diran, aku melihatmu menolong orang di sana."
Selesai Elbert berbicara, Angel yang tegang langsung lega.
Direktur departemen langsung bilang, "Benarkah? Pertolongan darurat begitu biasa dilakukan oleh beberapa rumah sakit negeri, Rumah Sakit Siloma nggak menyediakan yang begitu."
Elbert berkata, "Dia hanya lewat saja, terus saat itu ada orang yang kakinya terluka, keluarga pasien mau menggeser pasien itu, jadi dia membantu. Aku lihat caranya sangat profesional seperti kerja di departemen ortopedi. Tak disangka begitu kebetulan dia adalah suster rumah sakit ini."
Direktur departemen berkata dengan senyum, "Memang kebetulan sekali."
Kepala suster, "Angel sangatlah profesional dan baik hati."
Direktur departemen, "Orang baik yang melakukan hal baik begini patut diberi pujian."
Banyak petugas medis di departemen ortopedi Rumah Sakit Siloma, jadi direktur departemen belum tentu kenal semuanya, bahkan belum tentu ada kesempatan dikenal orang di rapat sebesar ini.
Ditambah ini lagi periode memilih kepala suster, pesaing Angel terlihat tenang, tapi dalam hati sudah kesal.
Angel akhirnya sadar dari melamun. "Hanya lewat."
Elbert tersenyum. "Banyak yang lewat, tapi hal baik yang dibuat patut diketahui banyak orang."
Angel tidak tahu harus menjawab apa, bahkan tidak berani melihat wajah Elbert. Tak disangka teman hubungan intim jadi rekan kerja.
Awalnya pikir tidak akan bertemu lagi, sekarang malah Senin tidak bertemu, Selasa malah bertemu.
Wajah Angel sudah merah, tak ada yang bisa menebak dirinya sedang berpikir apa, hanya merasa dia malu karena dipuji Elbert di depan umum.
Mark juga berpikir seperti itu.
Dia sudah bekerja dengan Angel selama enam tahunan, Angel bukanlah orang yang mudah menunjukkan perasaan melalui ekspresi, hanya terkadang merasa malu saat bersama dengannya.
Direktur departemen malah senang. "Rumah Sakit Siloma nggak hanya punya dokter hebat, juga punya tim suster yang hebat, bisa bekerja dengan kalian adalah kebanggaanku."
"Hari ini memanggil kalian ke sini untuk menyambut kedatangan Pak Elbert saja, kalau begitu aku nggak nunda waktu lagi. Kalau ada waktu, ingat istirahat."
Angel ingin segera menghindar, tapi direktur departemen menyampaikan sesuatu pada kepala suster.
Kepala suster memanggil, "Angel."
Angel hanya bisa berdiri diam.
Kepala suster berkata, "Kamu bawa Pak Elbert untuk mengenal gedung ortopedi ini."
Ujung mata Angel melihat ada banyak yang menatapnya. Meski dalam hati tidak ingin, susah menolak Elbert yang dengan senyum bilang, "Repotkanmu, ya."
Angel hanya terpaksa senyum. "Pak Elbert sungkan sekali."
Semua orang berjalan keluar, Mark tiba-tiba berjalan ke arah Angel.
Angel sangat kaget karena Mark tidak pernah di depan umum dekat dengannya. Saat dirinya sedang bingung, Mark berkata pada Elbert yang di samping Angel.
"Lama tak berjumpa."
Elbert hanya senyum. "Iya, tadi di ruang operasi belum sempat menyapamu."
Mark, "Kok tiba-tiba pulang?"
Elbert menjawab, "Kak Cherry yang menyuruhku kembali, aku nggak berani menolaknya."
Tamatan dari Universitas Kedokteran Senjani kenal dengan Cherry. Meski bukan tamatan dari Universitas Kedokteran Senjani, semua orang di Kota Yanas juga kenal dengan Cherry. Dia adalah putrinya wali kota, juga bosnya Rumah Sakit Siloma.
Namun, yang dipedulikan Angel adalah Mark kenal dengan Elbert, lalu dari perkataan mereka bisa diketahui mereka sudah kenal lama.
Angel yang di tengah mereka menyela, "Pak Elbert, Anda berbincang dulu dengan Pak Mark, aku ...."
Elbert langsung bilang, "Kami nggak perlu berbincang."
Selesai berbicara, dia melihat Mark, "Aku pergi dulu."
Elbert dan Angel barengan pergi.
Elbert berkata dengan lembut, "Maaf sudah memakai waktumu."
Angel, "Jangan sungkan ...."
Elbert, "Aku nggak ada teman di departemen ortopedi, hanya bisa memintamu membawaku mengenal lingkungan di sini."
Mereka baru berjalan tiga langkah, jadi Angel yakin Mark bisa mendengar omongan Elbert.
Angel hanya berkata dengan senyum, "Kewajibanku."
Elbert, "Kamu adalah teman pertamaku di sini."
"..."
Angel tidak hanya terpaksa senyum, bahkan merasa merinding.
Karena Mark menatapnya dari belakang.