Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7

Dalam sekejap, semua orang menoleh ke arah Wulan. Dia terpaku di tempat, secara refleks menatap ke arah Sigit. Tatapan Sigit mengandung senyum, bahkan sedikit mengejek. Baru saat itu Wulan sadar, ternyata pesta ini sejak awal bukanlah acara biasa, melainkan jebakan untuk mempermalukannya. Dia meletakkan gelasnya dengan keras di atas meja, lalu mengejek dengan dingin. "Kalau mau lihat orang menari, pergilah ke teater. Aku nggak punya waktu senggang sebanyak itu." Tina menyusutkan bahunya, dan berkata dengan lirih. "Ma ... maaf, Kak ... Aku belum pernah datang ke pesta sebelumnya, aku ... nggak tahu sopan santun." Nada suaranya mengandung rasa takut dan sedih. Seolah-olah ingin membelanya, Sigit merangkul pundak Tina. "Kenapa harus minta maaf?" "Hanya menari sedikit saja, Wulan, masa kamu sekikir itu?" Orang kaya umumnya punya sifat yang pandai menyesuaikan diri dengan arus. Wulan tidak pernah mendapat kasih sayang di rumah, dan satu-satunya orang yang pernah membelanya hanyalah Sigit. Sekarang, bahkan Sigit pun meninggalkannya, membuat orang-orang itu makin berani. Entah siapa yang lebih dulu bersuara dan berteriak keras. "Benar juga, Nona Wulan! Jangan bikin suasana jadi kaku begitu!" "Hanya minta kamu menari sedikit saja, kenapa harus sombong begitu!" "Aku cuma pernah lihat penari bar menari, belum pernah lihat nona besar menari. Menurut kalian, siapa yang lebih bagus, dia atau para penari itu?" "Siapa tahu, tapi menari 'kan sama saja, nggak jauh beda, haha!" Suasana berubah, dipenuhi dengan tawa ramai, sementara Sigit hanya menatap Wulan tanpa niat sedikit pun untuk menghentikan mereka. Entah mengapa, pemandangan itu membuat Wulan teringat masa lalu. Cahyo, ayahnya, tidak pernah mendukung impiannya. Dalam pandangan mereka, seorang putri keluarga terhormat menari di depan orang banyak adalah hal yang merendahkan martabat. Saat menghadiri pesta dulu pun, pernah ada yang mengejeknya karena hal itu. Saat itu, Wulan tidak tahu harus berbuat apa. Namun, kabar itu sampai ke telinga Sigit. Dia langsung maju dan memecahkan botol di kepala orang itu. Dia berkata, siapa pun yang berani menghina Wulan berarti menentangnya, juga seluruh Keluarga Jatmiko. Karena kejadian itu, Sigit dihukum keluarga, punggungnya berlumuran darah akibat cambuk. Wulan menjaganya di samping ranjang, menangis sampai matanya bengkak. Namun, Sigit hanya tersenyum dan mencubit lembut pipinya. "Jangan menangis, Wulan. Kejarlah mimpimu. Aku akan jadi pelindungmu." Namun kini, orang yang ingin dia lindungi sudah berganti. Wulan menarik napas panjang dan mengepalkan kedua tangannya. Tidak apa-apa. Sekarang dia sudah punya kemampuan untuk melindungi diri sendiri. "Kalau kalian ingin bersenang-senang, lihat dulu aku sedang mood atau nggak." "Aku masih ada urusan lain, nggak bisa menemani kalian." Wulan tidak ingin berdebat lebih lama, lalu berbalik hendak pergi. Namun, pergelangan tangannya tiba-tiba dicengkeram kuat. Saat dia menoleh, yang terlihat adalah wajah asing, tetapi juga familier. Dia teman Sigit. Wulan pernah bertemu dengannya beberapa kali. "Jangan pergi dulu, Nona Wulan! Mumpung semua orang ada di sini, jangan merusak suasana dong!" "Kudengar kamu dulu belajar balet, 'kan? Tarian yang terlalu berkelas itu kami juga nggak ngerti." "Bagaimana kalau yang lebih mudah dimengerti, tarian striptis, misalnya!" "Lagi pula, sama-sama menari, apa bedanya, Nona Wulan!" Senyum pria itu begitu cabul, matanya terus menatap dada Wulan. Dulu, saat Wulan masih dekat dengan Sigit, pria ini juga pernah melecehkannya dengan lelucon kotor. Waktu itu Sigit menghajarnya habis-habisan, barulah dia tenang. Kini, melihat Wulan sudah ditinggalkan, pria ini kembali berani berulah. Alis Wulan berkerut tajam, berusaha melepaskan lengannya, tetapi gagal. Tangan pria itu sudah merayap dari pergelangan ke lengannya, hampir menyentuh bahunya. Dari sudut matanya, Wulan melihat botol di meja. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mengayunkannya ke kepala pria itu. "Aku bilang, lepaskan tanganku!!!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.