Bab 1795 Kembali Ke Gunung Teror
“Ketika pertama kali aku datang ke sini, itu karena darah mengamuk yang merajalela di tubuhku,” Tyr menjelaskan dengan sungguh-sungguh. “Naga Hijau, Black Turtle, dan Trine dari Pasukan Naga telah membawaku ke sini saat itu. Mereka telah membantuku menemukan obat mujarab dan meringankan penderitaan darah aneh yang mengalir dalam tubuhku. Dan pada saat itulah aku melihat ibuku.”
"Aku mengerti. Jika kita berbicara secara fakta, bukankah ibumu sudah meninggal. Lalu kenapa dia bisa ada di sini?” Keane mengangguk, dengan ekspresi wajahnya yang serius. "Mungkinkah wanita itu sangat mirip dengan Lydia sehingga kau salah mengira bahwa dia adalah ibumu?"
“Tidak mungkin rasanya aku salah mengira orang lain sebagai ibuku. Kirin dan aku telah bertarung dalam secara penuh pada saat itu,” jawab Tyr dengan tegas.
“Untuk memancingku kehadiranku muncul ke permukaan, dia dengan sengaja menggali kuburan ibuku. Pada akhirnya, dia menemukan bahwa itu hanyalah kuburan yang kosong, tanpa ada jejak tubuh ibuku. Dia memelukku kemudian, ketika aku berada di Gunung Teror. Aku tidak akan pernah melupakan perasaan itu, aku juga tidak akan salah mengingatnya. Aku yakin bahwa dia adalah ibuku.”
“Setelah semuanya dirasa semakin kuat, maka aku memutuskan untuk kembali dengan kakekku dengan niat untuk menjelajahi daerah itu, tetapi itu semua hanya akan sia-sia. Saat ini aku sudah menjadi seorang Demigod, mungkin aku bisa masuk kembali ke Gunung Teror dan menemukan kebenaran.”
“Lalu, apakah ada informasi yang lainnya?” Keane bertanya setelah terdiam untuk beberapa saat.
"Aku ingat saat melihat sekelompok orang aneh dengan kostum mewah yang ada di sisi lain terakhir kali aku berada di sini," ucap Tyr. “Mereka melompat-lompat seperti hantu, meneriakkan bahwa jika aku ingin pergi ke sana, maka aku harus segera terbang.”
“Saat itu, aku berasumsi bahwa terbang berarti terbang diatas udara. Sekarang aku baru mengerti apa yang mereka maksud dengan terbang. Itu persis seperti apa yang ada dalam prediksiku saat ini. Aku dapat menggunakan energi vitalitas yang ku miliki semaksimal mungkin untuk dapat menghindari daya gravitasi planet. Dalam satu langkah, saat ini aku dapat menempuh lebih dari sepuluh meter. Inilah yang seharusnya mereka maksud dengan terbang.”
“Selain itu, Kakek, aku tidak tahu mengapa ada dinding yang tak terlihat di Gunung Teror pada saat itu juga. Tapi sekarang benda itu tampak seperti pesona bagiku. Ibuku dan yang lainnya pasti tengah berada disuatu tempat yang mirip dengan ruang pesona di Gunung Helsby. Ini adalah ruang berbeda yang diciptakan oleh Dewa kuno.”
“Aku selalu ingin pergi ke sana dan mencari tahu apa yang sedang terjadi. Tentu saja, saat ini aku telah memiliki kemampuan, aku ingin pergi ke sana dan memeriksanya sendiri. Mungkin saja aku bisa membawa ibuku pulang.”
"Aku mengerti perasaanmu," jawab Keane. “Namun Tyr, kau juga harus ingat bahwa meskipun kau telah menjadi seorang Demigod, hanya sedikit yang bisa menandingi kekuatanmu di dunia. Jangan remehkan dunia ini. Kau harus berhati-hati dalam segala hal.”
"Aku mengerti." Tyr menarik napasnya dalam-dalam sebelum mengambil langkah menuju Gunung Teror.
"Kakek, hari ini aku akan membobol pesona itu dan mencari tahu semuanya," ucapnya. “Kau boleh tinggal di sini dan menunggu kabar dariku. Aku akan kembali secepat mungkin. Aku akan meyakinkanmu bahwa aku akan bersungguh-sungguh.”
“Tidak masalah.” Keduanya tampak berbicara sambil berjalan ke arah puncak gunung yang tertutup salju tebal.
Gunung yang sama tampak berdiri di depan mereka tidak jauh dari sana. Gunung itu masih menyerupai tebing dengan jurangnya yang sangat alami. Gunung yang ada di depan mereka tampak diselimuti salju putih. Awalnya, mereka tidak bisa melihat apa-apa.
Tyr tidak dapat bergerak lebih jauh selama dua kali terakhir. Dia yakin bahwa setelah dia berhasil menjadi seorang Demigod, maka dia akan mampu melewatinya.
Tyr tidak ragu untuk menutup kedua matanya. Dalam sekejap, semburan aura berwarna keemasan mulai mengelilingi seluruh tubuhnya. Lapisan cahaya listrik berwarna keemasan telah menelan seluruh tubuhnya pada saat yang bersamaan. Tyr mengangkat tinjunya keatas udara dan membantingnya ke dalam ruang yang ada di depannya.
Dia pasti bisa menghancurkan pesona itu dengan pukulannya jika penghalang itu ada di depannya, sama seperti dia mampu meledakkan beberapa celah yang keluar dari sebuah ruang ketika dia berjalan keluar dari ruang pesona yang ada di Gunung Helsby.
Faktanya, itulah yang telah terjadi. Ketika Tyr mencoba semua usaha terbaiknya untuk melepaskan pukulan itu, sebuah dinding yang berasal dari lapisan udara yang tipis muncul. Akibatnya, beberapa retakan tipis tampak jelas di permukaan.
Keretakan ini, terlalu kecil jika dibandingkan dengan retakan yang dia hancurkan di ruang Pesona yang ada di Gunung Helsby pada saat itu. Bahkan bisa diabaikan. Dengan kata lain, ruang di sini berkali-kali lebih kuat daripada pesona yang ada di Gunung Helsby.
“Mengapa ini bisa terjadi?” Tyr merasakan ada sesuatu yang salah ketika dia mengeluarkan pukulan pertama dan memperhatikan situasi yang ada disekelilingnya.
Kemudian dia mulai meninju beberapa kali hingga berturut-turut, tetapi efeknya tetap saja sama. Terlepas dari statusnya sebagai seorang Demigod, tampaknya dia masih belum cukup kuat untuk dapat membuka pesonanya.
Tyr mengeluarkan Ormr Dagger miliknya, dan ketika dia mengembalikan pandangannya ke depan, secercah cahaya seketika muncul di depan matanya.
"Kakek, mundur lah."
"Baik." Keane tahu bahwa Tyr akan melakukan gerakan yang sangat spektakuler, lalu dia memutuskan untuk bergerak mundur ke belakang secepat mungkin.
Tyr berdiri di tepi tebing. Belatinya tampak terangkat di atas udara. Energi vitalitas yang sangat mengerikan mulai mengalir keluar dari tubuhnya, membuat sosoknya terlihat seperti tengah diliputi oleh sinar matahari yang berwarna keemasan saat kekuatan yang ada didalam tubuhnya terus meningkat.
“Jurus Tujuh Pedang Formasi – Bukit Penghancur!” Raungan Tyr disertai dengan cahaya pedang yang berwarna keemasan yang sepertinya tengah membelah langit menjadi dua bagian.
Seluruh gunung yang tertutup salju di bawah kakinya tampak bergetar hebat, dan longsoran salju yang terbentuk di kaki gunung, berguling ke arah kejauhan. Gunung di sisi yang berlawanan juga mulai bergetar dengan hebat.
Tyr segera bertemu dengan celah yang terlihat dengan mata yang telanjang. Tanpa sadar, dia bergegas, berusaha untuk merobek celah itu. Dalam sekejap kesenjangan seketika menghilang, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Tyr hanya bisa terdiam dan tetap berdiri di tempatnya.
Keane mendekati Tyr setelah beberapa saat. "Bagaimana usahamu?" tanya sang kakek.
Tyr tampak kesal. "Kakek, pesona ini sangat luar biasa," ucapnya, sambil menyingkirkan belati miliknya dan mengepalkan tangannya. “Aku tidak akan bisa meledakkan pesona ini bahkan jika aku harus menggunakan semua kekuatanku. Kekuatan kultivasiku pada saat ini tidak mumpuni.”
"Jika ini benar-benar ruang yang telah dibuka oleh para Dewa kuno, maka kekuatan yang tersisa di dalamnya seharusnya kurang dari sepuluh persen," jawab Keane sambil menghirup udara yang dingin. "Tapi kenapa seorang Demigod tidak bisa memecahkannya?"
"Seberapa kuat Dewa yang telah menciptakan ruangan ini?" Keane pun merasa tak berdaya dalam situasi ini. Bagaimanapun juga, Alam para Dewa telah melampaui pemahaman mereka.
“Sepertinya jika kau ingin membuka pesona ini, maka kau harus menjadi lebih kuat,” dia menepuk bahu Tyr sambil menghela napasnya dengan kuat.
"Ayo kita harus segera pergi dari tempat ini! Sudah waktunya bagi kita untuk pulang. Aku percaya bahwa kau akan menemukan ibumu suatu hari nanti jika dia benar-benar ada di sana.”
"Oke." Tyr tidak punya pilihan lain saat ini, terlepas dari rasa frustrasinya. Dia tidak bisa memasuki ruang itu karena kurangnya kekuatan yang dimilikinya.