Bab 42 Menjebak Dia
Setelah menutup telepon, Nadine duduk sendirian di bawah pohon paulownia tua yang gersang di depan kompleks apartemennya.
Malam bulan dingin angin bertiup, udara terasa dingin hingga ke tulang. Lampu jalan di kompleks itu remang-remang, hujan yang turun sore hari membuat seluruh dunia tampak diselimuti oleh lapisan kain abu-abu yang tidak begitu bersih.
Hanya ada beberapa pejalan kaki yang berjalan cepat menuju rumah.
Nadine merasa tangan dan kakinya cepat membeku, wajahnya yang putih lembut masih terdapat air mata yang belum kering, pipinya segera memerah karena udara dingin yang menusuk, rasa sakit yang dibawa oleh kedinginan tidak sebanding dengan kesedihan yang mendalam di dalam hatinya.
Dia merasa seolah-olah berada di permukaan es tanpa batas, yang setiap saat bisa jatuh ke jurang es, tetapi sekelilingnya begitu luas dan kosong, tanpa ada sedikit pun cahaya.
Dia sangat lelah.
Dia menundukkan kepalanya ke lutut, sangat ingin menutup mata dan tidak terbangun lagi.
Ponsel di tasnya

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link