Bab 94 Maksud Sebenarnya Bukan Makan Bersama
Ferdi pura-pura marah. "Kenapa kamu ngomong sembarangan begitu, nggak sopan, lho."
Johan tersenyum. "Yunika nggak salah. Santai saja, jangan terlalu kaku."
"Aku setuju dengan Johan. Sebentar lagi kita akan menjadi satu keluarga, untuk apa terlalu formal di rumah sendiri?"
Saat berbicara, mata Barma menoleh ke arah Ravin yang baru masuk.
Ravin melangkah masuk dengan tenang, mengenakan setelan hitam rapi dari ujung kepala sampai kaki, memancarkan aura elegan dan berwibawa seperti biasanya.
"Kakek Barma, Om, Tante."
Ravin menyapa anggota Keluarga Januar satu per satu, lalu menyerahkan kotak hadiah yang dibawanya kepada Jenni. "Om, Tante, selamat ulang tahun pernikahan. Ini sedikit hadiah dariku."
Jenni menerima hadiah itu dengan senyum lebar, lalu membuka kotaknya. Di dalamnya terdapat sebuah gelang giok hijau transparan, yang memantulkan kilau hijau segar di bawah cahaya hangat ruangan.
Bahkan orang yang tidak paham perhiasan pun pasti menyukainya.
Sebagai ahli di bidang ini, mata Jenni

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link