Bab 200
"Nggak perlu."
Aku menggelengkan kepala dan berkata dengan tegas, "Cerai saja."
Tangan Lucio yang berada di atas meja tiba-tiba mengepal erat dan aku melihat urat mulai menonjol di tangannya.
Apa boleh buat, keputusan yang sudah kubuat tidak bisa diubah.
Setelah sekian lama, tangan yang terkepal mulai terbuka, wajahnya menjadi tenang kembali seperti biasa dan berkata kepada staf, "Ambilkan dokumennya, akan kuisi."
Ini adalah langkah terakhir. Saat sedang mengisi salah satu kolom, Lucio tiba-tiba berhenti dan mengerutkan kening.
"Ada apa?" Aku menatapnya dengan penasaran.
Lucio berkata dengan datar, "Aku lupa sesuatu, bantu aku cek di ponsel."
Aku mengerutkan bibir dan berpikir, 'Merepotkan sekali kamu ini'.
Namun aku ingin segera bercerai, jadi aku pun memaksakan diri mengambil ponsel dan bertanya, "Apa kata sandinya?"
Lucio melirikku dengan acuh tak acuh dan bertanya, "Nggak ingat kata sandiku?"
Mataku berkilat. Haruskah aku mengingat kata sandinya?
Secara logika, seharusnya dia tidak

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link