Bab 738
Carla, "Sakit?"
Irvan, "Kapan kamu datang?"
Keduanya saling memandang dan bertanya pada saat bersamaan.
Irvan mengunyah apel manis di mulutnya dan menjawabnya terlebih dahulu, "... Nggak sakit!" Dia berbicara dengan nada yang ditahan.
Ketika Carla menarik tangannya, pergelangan tangannya dicengkeram olehnya. Saat benar-benar mencengkeramnya, akhirnya Irvan benar-benar terbangun ....
"Lepaskan, kalau kamu melakukan ini, aku akan memanggil seseorang." Carla sengaja mengatakan itu.
Irvan benar-benar bertekad dan memeluknya erat lagi, "... Aku takut ini cuma mimpi. Kalau kulepaskan, kamu akan menghilang ...."
Mata Carla menyipit dan dia menatapnya dengan alis berkerut, "Kalau takut, kenapa saat itu kamu minta putus?"
"Irvan, sebenarnya apa yang kamu takutkan?"
"Begitu banyak hal telah terjadi dan kita bisa sampai di sini bersama. Kamu bahkan nggak takut pada Jason ...."
"Kenapa kali ini kamu menyerah?"
"Aku ... maaf, ini salahku. Ki ... kita nggak akan putus lagi, oke?"
Baik sedang bekerja atau mengurus karyawan, dalam segala hal yang dia lakukan, Irvan selalu bersikap tegas tanpa pandang bulu, serta profesional. Bahkan bagi orang luar, dia adalah raja neraka berwajah dingin yang tidak pernah mengutamakan perasaan pribadinya atas pekerjaannya.
Tidak disangka akan ada pengecualian untuk adegan yang sederhana.
"Kamulah yang bilang putus, terus kita akan berdamai begitu saja setelah kamu menyebutnya?" Carla menarik tangannya dengan paksa dan tatapannya langsung menjadi dingin, "Kamu anggap aku ini apa? Bisa disuruh datang dan pergi sesuka hati, seru sekali ya mempermainkanku, Irvan?"
"Nggak! Nggak begitu ...." Tangan Irvan menegang dan kehangatan di tangannya langsung menghilang, "Saat itu aku takut keberadaanku akan menunda masa depanmu. Aku nggak mau kamu sampai batal ke luar negeri untuk menjadi lebih baik demi aku. Carla, aku nggak mau kamu sampai membuang kesempatan untuk memilih yang lain demi aku."
"Jadi ...."
Carla tertawa terbahak-bahak. Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya dan menyela, "Kapan aku butuh kamu untuk memikirkanku? Kalau aku benar-benar ingin pergi ke luar negeri, nggak ada yang bisa menghentikanku. Mengenai pilihanku, kamu itu percaya pada dirimu sendiri atau nggak percaya padaku? Apa hakmu membantuku mengambil keputusan tanpa izin cuma karena ucapan orang lain?"
Dia memohon, "Bisakah kamu memberiku satu kesempatan terakhir?"
Carla menarik tangannya tanpa ekspresi. Melihat seluruh tubuhnya terluka, akhirnya hatinya luluh, "Kalau mau aku memaafkanmu, itu tergantung pada penampilanmu."
"Kalau aku memaafkanmu begitu saja, lain kali kamu cuma akan memperlakukanku dengan lebih buruk."
"Oke!"
Irvan mengulurkan tangan dan memeluknya dengan erat seolah takut akan kehilangan dia lagi. Carla bersandar di bahu Irvan sambil memejamkan mata dan menahan emosi yang dia rasakan.
Dia sudah lama tahu Irvan akan menyesalinya ....
Jadi terakhir kali Carla terus sengaja muncul di hadapannya untuk membiarkan pemuda itu melihat semua yang terjadi antara dia dan Arsen ....
Carla hanya ingin membuatnya cemburu. Dia jelas tidak bisa merelakan Irvan, tetapi tetap berpura-pura seolah tidak ada yang terjadi.
Sudah pukul setengah tiga pagi. Kalau Carla tidak segera kembali, Bibi Tasya akan bangun.