Bab 748
Di bawah malam yang gelap gulita, Carla berjalan keluar dari gang sempit dengan seekor anak kucing oranye di tangannya. Dia juga memegang obat-obatan yang baru saja dia ambil dari ruang pengobatan tradisional lainnya. Ada beberapa obat yang lebih sulit ditemukan, jadi Irvan menemaninya pergi ke beberapa tempat.
"Oke, hari ini aku akan menemanimu sampai di sini. Sudah larut, aku benar-benar harus kembali."
Berdiri di pinggir jalan, Irvan mengulurkan tangan dan menghentikan Carla di dalam taksi yang berhenti di pinggir jalan, "Hati-hati dalam perjalanan pulang. Kirimkan pesan padaku setelah sampai di rumah."
"Ya."
Irvan mengantarnya masuk ke dalam mobil, kemudian menutup pintu. setelah taksi pergi, Irvan kembali ke tempat parkir dan pergi.
Carlos melihat dua orang yang masih bersama tidak jauh dari situ. Bukankah ini terlalu kebetulan? Bagaimana mereka bisa melihat Carla dan Irvan bersama dan kebetulan kembali ke Mansion Tilsa?
Hanya saja ....
Bukankah Irvan telah membuat kesepakatan tiga tahun dengan Keluarga Kilis? Bukankah Irvan tidak bisa bertemu Carla dalam tiga tahun ini?
Ini ... kapan mereka bersama?
Anak kucing yang dibawa oleh Carla adalah anak kucing yang sangat kecil, baru berusia dua atau tiga bulan. Dia dan Irvan memungutnya dari pinggir jalan.
Irvan bilang memelihara hewan peliharaan juga bisa mengubah emosi seseorang, jadi Carla ingin mencobanya.
Kucing oranye kecil itu sangat patuh dan berbaring tanpa bergerak di pangkuan Carla. Akan tetapi, pada saat ini tiba-tiba terdengar suara 'brak' dan tubuhnya dicondongkan ke depan dengan keras. Demi melindungi kucing itu, tangan Carla yang sudah terluka seolah terpelintir dan ada rasa sakit yang luar biasa hingga tidak bisa mengangkat tangannya.
Saat sopir melihat mobil itu tiba-tiba muncul di hadapannya, dia benar-benar syok dalam sekejap.
Wajah sopir langsung pucat pasi saat keluar dari mobil dan kakinya lemas.
"Ma ... maafkan aku, aku nggak melihatnya. Maafkan aku, maaf ...."
Sopir itu menangis dengan sedihnya saat berbicara. Ini adalah Maybach, dia tidak mampu membayar ganti rugi meskipun itu menghabiskan seluruh uangnya.
Setelah rasa nyeri berlalu, Carla bisa melihat orang yang tidak jauh di depan. Melalui kaca depan mobil, dia melihat jendela mobil hitam yang tidak asing perlahan diturunkan, memperlihatkan sepasang mata yang dalam dan tajam tanpa kehangatan.
Ada ketukan di jendela pintu belakang. Carla menekan jendela. Suara sopir masih bergetar dan berkata, "Nona, maaf, aku benar-benar minta maaf. Tolong ganti mobil, aku ada sedikit masalah."
"Oke." Carla tidak punya pilihan selain keluar dari mobil.
Sopir dan Carlos terus berdebat. Orang itu selalu terlihat merendahkan tanpa ada sedikit pun kebaikan. Carla mengirimkan pesan ke kontak di ponselnya.
Dia tidak mau peduli dengan masalah seperti itu.
Sambil memegang obat tradisional dan menggendong seekor kucing, dia berdiri di bawah lampu jalan dengan tenang.
Sepasang mata pria di jendela mobil melihat ke suatu tempat dengan acuh tak acuh, sorot mata yang suram memantulkan sosok seorang gadis.
Pada akhirnya polisi lalu lintas datang. Setelah sepuluh menit berlalu, terdengar sebuah suara mobil sport yang tidak asing.
Arsen berhenti di pinggir jalan dan melihat ke arah Carla dengan cemas, "Mana yang terluka? Aku meneleponmu dan kamu nggak jawab, Carla! Berani sekali kamu!? Barang kotor apa yang kamu pegang itu!?"
"Kamu nggak mau?" Carla menatapnya dengan sepasang mata jernih. Arsen pun mengalah dalam waktu kurang dari tiga detik, "Silakan saja kalau mau diambil. Ayo pulang dulu."
Arsen mengambil barang yang di tangan Carla, kemudian merangkul bahunya dan membukakan pintu mobil untuknya dengan sikap protektif. Arsen memutar kemudi dengan terampil dan hendak berbalik dan pergi. Carla mendengar suara tangisan dan memohon dari sopir, pikirannya pun melayang dan sebuah ingatan kabur muncul di benaknya ....
Orang tuanyalah yang berlutut di depan Jason sambil memohon.
Itu sudah terjadi begitu lama.
Carla tidak tahu apakah ingatan ini nyata atau tidak.
"Arsen, bisakah kita membantunya ...."
Arsen, "Bukankah kamu selalu suka mencampuri urusan orang lain?"
Dia memanggil namanya, "Arsen!"
Arsen langsung mengalah, "Tentu! Sulit sekali untuk melayanimu. Tunggu, aku akan berbalik."