Bab 753
"Caca."
Arsen sengaja memanggil seperti ini di hadapan Carla.
"Dasar bocah," ujar Carla yang tidak ingin memedulikan Arsen. Carla menyerahkan kucing yang sedang tertidur pada Bibi Tasya yang berada di samping, "Aku ganti baju dulu, sebentar lagi turun."
Bibi Tasya, "Baik, Nona Carla."
Arsen mengatakan dia tidak menyukai kucing. Tapi setelah Carla meninggalkan kamar, Arsen mengambil kucing dari pelukan Bibi Tasya, kemudian menggendongnya dengan satu tangan.
Sepertinya cara Irvan cukup berguna.
Arsen tidak tidur sepanjang malam, dia memejamkan matanya sambil bersandar di mobil. Ponsel Carla terus bergetar di sakunya, tapi Carla segera menyalakan mode sunyi karena merasa terlalu berisik.
Setelah tiba di universitas, mobil diparkir di depan gerbang universitas. Seluruh perhatian Carla tertuju pada ponselnya, dia menyadari bahwa aplikasi pengetahuan pengobatan tradisional yang dibuat oleh Irvan tidak hanya terdapat berbagai materi pembelajaran, tapi juga terdapat soal ujian.
Carla terlalu fokus menatap ponselnya, sampai tidak menyadari terdapat seseorang yang sedang menatapnya dari dalam mobil.
Sovia sedang duduk di kursi samping pengemudi. Setelah mobil berhenti, dia membalikkan badannya untuk menatap pria di baris belakang dengan takut-takut, "Kakak, aku masuk dulu."
Jason tidak memberi tanggapan apa pun.
Hanya saja, Sovia masih tidak menyerah, "Kakak, apakah kamu akan kembali malam ini?"
Carlos berkata, "Jam kerja Pak Jason nggak menentu. Aku akan kasih tahu Nona Sovia kalau pekerjaan Pak Jason selesai lebih awal. Nona Sovia, sebaiknya kamu segera masuk ke dalam."
Terdapat kekecewaan di mata Sovia, tapi dia tetap berusaha untuk tersenyum dengan cerah, "Kalau begitu aku perg dulu, Kak."
Jason sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun dari awal sampai akhir. Tatapannya terus tertuju pada Carla yang sedang berjalan dengan perlahan di depan gerbang universitas.
Arsen juga tidak tidur sepanjang malam dan sangat tidak bersemangat hari ini. Terdapat sebuah mobil yang melaju ke universitas dari samping. Saat mobil hampir menabrak Carla, Arsen segera mengulurkan tangan untuk menarik Carla yang tidak melihat jalan dan berkata, "Nona, tolong hati-hati."
Carla baru bereaksi kembali, "Maaf, aku lagi baca soal dan nggak fokus dengan lingkungan sekitar."
Arsen berkata, "Baik, baik. Mana ada orang yang serajin dirimu."
Carla meletakkan ponselnya, "Jumat depan aku mau pergi ke Fakultas Kedokteran Pengobatan Tradisional."
Arsen bertanya, "Untuk apa kamu pergi ke sana?"
Carla berkata, "Ada seminar saat Jumat sore, aku mau pergi ke sana."
Arsen tersenyum dengan lebar dan cerah, seolah-olah takut orang lain tidak bisa melihatnya. Tatapan Arsen tertuju pada kejauhan dan berkata, "Kamu bisa pergi kalau kamu memang mau, aku nggak akan menghentikanmu."
Arsen merasa senang karena Carla bersedia memberi tahu apa yang ingin dia lakukan padanya. Sebelum ini Carla hanya bisa membenci dan menghindarinya, bagaimana mungkin Carla bisa memberi tahu hal ini padanya? Karena Carla pasti akan marah jika dia menanyakan beberapa pertanyaan pada gadis itu.
Jadi Arsen tidak menanyai Carla lagi.
"Aku mau pergi sendiri."
Ucapan ini seperti sebaskom air dingin yang membasahi tubuh Arsen.
Senyumannya langsung menghilang.
Arsen tiba-tiba terdiam, dia mengayunkan tasnya. Lalu mempercepat langkahnya dan berjalan di depan Carla.
Carla menatap punggungnya dengan bingung.
Kenapa dia marah lagi?
Carla menyusul Arsen, "Kenapa kamu marah lagi? Kamu bisa pergi kalau kamu memang mau. Tapi kamu nggak boleh melampiaskan emosimu dengan sembarangan di sana."
Seminar ini pasti akan dihadiri oleh para profesor profesional. Carla hanya takut Arsen akan merasa bosan, lalu melakukan tindakan yang menarik perhatian semua orang.
Carla memaksa dirinya dan ingin memperlakukan Arsen seperti teman biasa, selain itu Arsen juga telah berubah. Karena Carla sudah memilih untuk tinggal di rumah Keluarga Kilis, maka dia juga harus menerima Arsen. Selain itu, Carla juga sudah tidak memiliki pilihan lain.
Seminar pada seminggu kemudian.
Arsen mengendarai mobil Ferrari merah yang mencolok. Dia mengenakan jaket yang sederhana, serta kacamata hitam yang tergantung di belakang telinganya. Arsen menghentikan mobilnya di depan gerbang Fakultas Kedokteran Pengobatan Tradisional.
Carla ingin membuka pintu, tapi pintunya tidak bisa terbuka, "Apa yang kamu lakukan?"
Arsen memiringkan tubuhnya untuk melepaskan sabuk pengaman Carla, "Aku nggak jadi ikut seminar agar tak merusak suasana hatimu. Kamu bisa telepon aku setelah selesai."
"Sayangku."