Bab 3
Baru saja Kayla naik ke mobil, dia menerima telepon dari ibu mertuanya yang memintanya untuk datang ke rumah.
Setelah menutup telepon, dia menatap keluar jendela. Matthew sudah berganti pakaian dan kini berdiri di pintu, sepertinya menunggu untuk pergi bersamanya.
Di depan keluarga Matthew, pernikahan mereka tampak sempurna dan harmonis.
Namun kali ini, Kayla tetap diam, tidak bergerak. Dia sudah memutuskan untuk bercerai, dan itu berarti dia tidak berniat lagi untuk mempertimbangkan perasaan Matthew.
Setelah selesai mengisap sebatang rokok, pria bertubuh tinggi itu akhirnya mengetuk kaca mobilnya dengan tidak sabaran.
"Aku akan menyetir sendiri ke sana," kata Kayla dengan nada datar.
"Ibuku nggak boleh marah. Beberapa hari lagi, ibuku akan menjalani operasi. Kalau kita pergi terpisah, dia pasti akan berpikir macam-macam," ujar Matthew.
Kayla tidak menanggapi. Jika mertuanya marah, itu karena ulah Matthew sendiri, bukan urusan Kayla.
Kayla menutup kaca mobilnya, tetapi tiba-tiba Matthew berkata, "Kamu nggak mau brosnya lagi?"
Kayla menatapnya. Matthew menyandarkan satu tangan di atap mobil, terkesan acuh tak acuh, seolah tahu persis bagaimana mengendalikan Kayla.
Kayla mengatupkan bibirnya. Akhirnya, dia membuka pintu dan turun dari mobil.
Ini pertama kalinya dalam tiga tahun pernikahan mereka, dia satu mobil dengan Matthew.
Dulu hal ini sangat dinantikan, tetapi sekarang Kayla tidak merasa bahagia.
Sopir mengemudi dengan stabil, sementara Kayla duduk di dekat jendela. Dari sudut matanya, dia bisa melihat ujung celana Matthew yang disetrika rapi, tanpa satu kerutan pun.
Mereka berdua terdiam.
Dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan rumah Keluarga Walker.
Matthew mengancingkan jasnya, turun dari mobil, lalu menggenggam tangan perempuan itu.
Kayla gemetar. Melihat jari-jari mereka yang saling terikat, perasaan itu lebih menyakitkan daripada menunggunya semalaman kemarin.
Dia merasa jijik, berusaha keras melepaskan genggaman, tetapi tidak berhasil.
Matthew tetap diam, ekspresinya datar dan tanpa emosi. Meski tidak menggunakan banyak tenaga, Kayla tetap tidak bisa melepaskan genggamannya.
Kayla tersenyum sinis, terlampau kesal, lalu berkata, "Orang tuamu sangat pintar. Mereka pasti tahu kita hanya berpura-pura. Berikan saja bros itu padaku. Aku akan membantumu menghadapi orang tuamu."
Matthew menatapnya dalam-dalam, tidak percaya Kayla benar-benar ingin bercerai.
Karena Matthew diam, Kayla menganggapnya setuju.
Lagi pula, kemarin Matthew sudah melamar, mana mungkin dia tega membiarkan kekasih kesayangannya itu terus bersembunyi?
Jika tak bisa melepaskan genggamannya, lebih baik sekalian berpegangan tangan saja.
Setibanya di ruang tamu, Margaret tampak sangat puas melihat mereka masuk sambil berpegangan tangan. Namun, tiba-tiba dia melirik anaknya dengan kesal dan berkata, "Naik ke atas, Ayah lagi nungguin kamu tuh."
Lalu, dengan wajah ramah, dia menarik Kayla untuk berbicara.
"Kayla, masalah di internet itu, Matthew memang sangat keterlaluan. Ibu minta maaf ya," kata Margaret, benar-benar merasa kasihan padanya.
Selain suaminya, semua anggota Keluarga Walker lainnya sangat baik padanya.
"Aku tahu kamu merasa diperlakukan nggak adil. Katakan pada Ibu apa yang kamu inginkan, Ibu akan menghukum si berengsek itu!"
Kayla sangat berterima kasih pada mertuanya yang selalu mendukungnya, tapi semakin dia didukung, semakin Matthew membencinya.
Kayla benar-benar lelah dengan kehidupan seperti ini dan akhirnya berkata, "Ibu, aku ingin bercerai dengannya."
Margaret sempat membayangkan Kayla akan sangat marah, tetapi dia tidak menyangka akan sampai pada tahap perceraian.
"Kayla, Matthew nggak akan pergi lagi setelah kepulangannya kali ini. Aku akan pastikan dia putus dengan wanita itu. Kalian coba saling komunikasi lagi, dia pasti akan menyukaimu. Sayang banget kalau kamu menyerah sekarang," ujar Margaret, mulai panik.
"Hal yang nggak penting, lebih baik segera dihentikan. Meskipun kami bercerai, aku akan sering mengunjungimu."
Melihat Kayla yang sudah mati rasa, Margaret pun tidak tahu lagi bagaimana harus membujuknya.
Kayla memeluknya dengan lembut dan berkata, "Ibu adalah ibu mertua terbaik di dunia. Karena aku, hubungan Ibu dengan Matthew jadi dingin. Aku akan naik ke atas membujuk Ayah untuk jangan memarahinya lagi."
Margaret mengangguk dan menemani Kayla.
"Selama beberapa tahun ini kamu selalu berada di luar negeri, dan sudah lama nggak pernah menyentuh manajemen inti Grup Walker. Kalau kamu ingin mengambil alih tanggung jawab Grup Walker, jelas sudah nggak semudah itu. Apalagi kalau perceraian ini terungkap, sekali pun pernikahan kalian dirahasiakan, dampaknya akan sangat merugikan," ujar Gibran.
"Kalau kalian setuju aku bercerai dengan Kayla, aku nggak akan mengambil sedikit pun harta Keluarga Walker."
Baru saja mereka sampai di ruang baca, kalimat itu langsung terdengar.
Matthew benar-benar mencintai wanita itu. Dulu, Keluarga Walker pernah memintanya memilih antara menjadi penerus keluarga atau memilih wanita itu, dan tanpa ragu dia memilih wanita tersebut.
Tiga tahun telah berlalu, tekadnya tetap sama. Justru hal ini membuat Kayla tersentuh, meski di tengah kepedihan hatinya sendiri.
Mendengar ini, kemarahan Margaret yang sempat diredam langsung meluap kembali. "Matthew, kalau dulu bukan karena ayah mertuamu menyelamatkanmu, kamu sudah nggak ada! Bagaimana bisa kamu berkata seperti ini!"
"Aku bisa hidup, nggak ada hubungannya dengan ayahnya ... "