Bab 1
Setelah terlahir kembali, hal pertama yang dilakukan Kirana Limanta adalah menghabiskan sepuluh triliun untuk membeli sebuah pulau terpencil.
Petugas yang mengurus administrasi sangat terkejut karena pulau itu tidak terkenal. Orang luar tidak mengetahuinya, bahkan sangat terpencil sampai tidak bisa ditemukan oleh navigasi. Jadi benar-benar terputus dari dunia.
"Nona Kirana, Anda yakin ingin membeli pulau ini? Kalau Anda tinggal di sana, nanti akan sulit berhubungan dengan dunia luar."
Kirana mengangguk, suaranya mengandung sedikit rasa lega.
"Ya, aku justru mau nggak ada yang bisa menghubungiku."
Orang di seberang sempat tertegun, seolah merasa permintaannya cukup aneh. Namun karena profesionalitas, dia tidak bertanya lebih jauh. Dia hanya menjelaskan proses pembelian pulau secara rinci dan kapan Kirana bisa mulai tinggal di sana.
Begitu tahu seluruh prosedur hanya butuh beberapa hari, Kirana akhirnya mengembuskan napas lega. Dia langsung menggesek kartu, lalu berbalik dan pergi.
Melihat langit biru di atas kepala, dia mendongak dan menghela napas.
Uang untuk membeli pulau ini adalah uang mahar dari Harvey Gunawan.
Sebagai orang terkaya di Kota Montari, Harvey selalu royal dan mahar yang dia berikan langsung sebesar sepuluh triliun.
Di kehidupan sebelumnya, sampai mati pun Kirana tidak sempat memakai uang itu.
Saat terlahir kembali, dia ternyata kembali ke masa tepat setelah mereka bertunangan.
Setelah hidup sekali lagi, hal pertama yang dia pelajari adalah jangan memperlakukan diri sendiri dengan buruk.
Saat dia melangkah di jalan raya, sebuah Maybach hitam tiba-tiba berhenti di depannya. Pintu mobil terbuka dan Harvey melangkah cepat ke arahnya.
Pria yang biasanya dingin dan tenang itu kali ini tampak panik. Di mata dinginnya tersimpan kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan.
Ini adalah pertama kalinya dia melihat Harvey setelah terlahir kembali. Kirana tanpa sadar memanggil Harvey.
"Paman ...."
Namun Harvey sama sekali tidak memperhatikannya. Dia langsung menarik tangan Kirana dan menyeretnya masuk ke dalam mobil.
"Kirana, cepat ikut aku."
Tubuh Kirana terhempas ke kursi belakang, kepalanya terbentur dan terdengar bunyi kencang.
Harvey menunduk menatap layar ponselnya, sama sekali tidak memperhatikan Kirana.
Mobil melaju kencang, lalu berhenti di depan rumah sakit.
Bahkan sebelum mobil benar-benar berhenti, Harvey sudah menarik tangannya ke ruang transfusi darah.
Hingga Kirana duduk di depan perawat dan melihat jarum menusuk pembuluh darahnya, barulah dia mendengar penjelasan Harvey.
"Grace nggak sengaja jatuh dari tangga dan terus berdarah. Tenang saja, kali ini nggak ambil banyak."
Sebelum Kirana sempat menjawab, tiba-tiba sebuah tamparan mendarat keras di wajahnya.
"Anak kurang ajar! Ke mana saja kamu? Bukankah Ibu sudah bilang, kamu harus selalu bersama kakakmu, nggak boleh jauh darinya?"
Pipi Kirana seperti terbakar. Rasa sakit langsung membuat matanya memerah.
Dia mendongak menatap ibunya yang sedang marah besar, tapi tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Ayah sedang merangkul ibu, tapi tatapannya pada Kirana juga penuh dengan kemarahan.
"Kamu sengaja membuat kami khawatir, ya? Kalau terjadi sesuatu pada Grace, aku akan mengulitimu!"
Sedangkan kakaknya, George Limanta, bahkan malas menatapnya.
"Menurutku, ikat pakai tali saja, biar nggak kabur terus."
Inilah keluarganya. Demi kakaknya, mereka bahkan ingin mengulitinya hidup-hidup, hanya karena dia menghilang selama satu jam.
Satu-satunya orang yang sedikit membelanya hanya Harvey, tapi ucapannya tetap mengkhawatirkan Grace.
"Jangan ribut. Jangan ganggu proses transfusi Grace."
Siapa yang peduli pada dirinya? Dia hanyalah kantong darah berjalan untuk Grace.
Dia lahir ke dunia ini semata-mata karena Grace menderita hemofilia sejak kecil. Itu adalah gangguan pembekuan darah yang parah dan perlu transfusi darah rutin.
Demi menyelamatkan Grace, orang tuanya melahirkan Kirana sebagai bank darah hidup.
Bahkan dari nama saja sudah terasa bagaimana mereka memperlakukannya. Grace berarti kelembutan dan kedamaian. Sedangkan Kirana hanya nama asal tanpa makna.
Sejak kecil Kirana tidak lebih dari kantong darah, pergelangan tangannya penuh bekas tusukan jarum.
Tidak ada yang menyayanginya. Orang tua menganggapnya alat. Kakaknya George, hanya mengakui Grace sebagai satu-satunya adik. Dia selalu menjadi yang tidak diinginkan.
Satu-satunya orang yang baik padanya adalah Harvey.
Keluarga Gunawan dan Keluarga Limanta sudah bersahabat sejak lama. Walau Harvey hanya enam tahun lebih tua dari Grace. Tapi karena perbedaan generasi, dia tetap harus memanggilnya paman.
Dalam keluarga yang selalu mengabaikannya, secara alami dia jatuh cinta pada satu-satunya orang yang memberinya kehangatan, Harvey.
Kirana pernah mengungkapkan perasaannya. Harvey terkejut, tidak menunjukkan kebahagiaan, tapi tetap menerima dan berjanji akan menikahinya.
Saat itu, dia begitu bahagia. Orang yang dia cintai ternyata mencintai dirinya juga.
Dia pikir seluruh keberuntungannya dalam hidup ini dipakai untuk mendapatkan cinta Harvey.
Walau ayah, ibu, dan kakaknya tidak menyayanginya, dia tidak peduli.
Sampai akhirnya dia tahu kalau orang yang benar-benar Harvey cintai adalah Grace!
Harvey bersedia menikahinya hanya karena takut jika Kirana menikah dengan orang lain, dia tidak bisa lagi mengendalikannya dan tidak mau memberikan darah untuk Grace lagi. Itu bisa membahayakan nyawa Grace.
Harvey mencintai Grace begitu dalam, sampai rela mengorbankan hidupnya sendiri demi keselamatannya.
Kirana seperti orang bodoh, dibutakan sepanjang waktu, tapi masih merasa bangga dan senang karena akan menjadi istri Harvey.
Konyol, benar-benar konyol.
Pintu ruang gawat darurat terbuka, Grace didorong keluar oleh perawat.
Farhan, Monica, George, bahkan Harvey langsung meninggalkan Kirana dan mengerumuni Grace.
Melihat mereka menanyakan kondisi Grace dengan penuh perhatian, Kirana hanya merasa muak.
Dia tertawa mengejek diri sendiri, menahan rasa pusing, merapikan lengan baju, lalu berdiri dan berjalan keluar.
Di depan pintu, dia menunduk melihat cincin tunangan berkilau di jarinya. Lalu tanpa ragu sedikit pun, dia melepas dan melemparkannya ke tong sampah.
Di kehidupan ini, dia tidak akan lagi memohon secercah kasih sayang dari orang tua. Dia juga tidak akan lagi berpegang pada cinta Harvey seolah itu satu-satunya hal yang bisa menyelamatkannya.
Di kehidupan ini, dia tidak butuh siapa pun.
Jika semua orang mencintai Grace dan tidak ada yang mencintai Kirana ....
Kirana akan mencintai dirinya sendiri!