Bab 143
Tiga tahun lalu? Rosie termenung, bahkan harus mundur sejauh itu?
Samuel tertegun sejenak, lalu berkata, "Hanya ini yang aku tahu. Aku benar-benar nggak tahu soal cederanya. Aku bersumpah dengan dompetku!"
Samuel mengacungkan tiga jari.
Rosie percaya dia tidak berbohong.
"Pertanyaan terakhir."
"Apa?"
Rosie agak sungkan mengatakannya. "Hari itu, apa kami ...."
Samuel panik dan buru-buru menyela, "Neng, kalian sudah menikah, jangan dipikirkan lagi."
Rosie terdiam.
"Waktu itu, kamu mendorong Bos ke jok belakang dan menciumnya dengan liar .... Bos itu laki-laki ...."
"Lalu, kenapa kamu nggak menghentikannya?"
"Belum sampai rumah pun kamu sudah membuka celananya, aku yang lagi menyetir bisa berbuat apa? Begitu turun, aku langsung kabur ...."
"Cukup, diam kamu!"
Percakapan canggung mereka berakhir di situ.
Samuel buru-buru makan, ingin cepat-cepat menjauh dari wanita ini, terlalu menyeramkan.
Sebaliknya, Rosie kehilangan selera.
Pikirannya penuh dengan pria itu. Ternyata Carlo sudah menginca

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link