Bab 90
Beberapa menit kemudian, suasana hati keduanya perlahan tenang.
Rosie menceritakan kejadian itu satu per satu pada Erin.
Erin mendengarnya dengan wajah penuh iri.
"Drama TV saja nggak sampai begini."
"Jaga mulutmu, kalau nggak aku bunuh kamu malam ini juga." Rosie memperingatkannya.
Erin menekup bibir, lalu membuat gerakan menarik ke arah celah bibir, menandakan untuk menutup mulut.
Rosie menarik napas dalam-dalam, tidak berani membuka WhatsApp di komputer, melainkan mengambil ponsel untuk mengecek.
[Pagi, Rosie.]
[Aku nggak punya kebiasaan aneh.]
[Siang nanti naiklah sebentar.]
...
Rosie segera mematikan layar ponsel, lalu menyelipkannya ke saku.
Telinganya merah merona, padahal musim dingin, tetapi tubuhnya justru terasa panas membara.
Dia memanggilnya Rosie.
Ini pasti ulah Samuel.
Selama ini mengira Carlo tidak suka bicara, ternyata cuma EQ-nya yang rendah.
Bahkan mengirim pesan untuk istrinya pun tidak bisa.
Carlo memang harus berterima kasih pada Samuel, kalau tidak, pasti dirinya

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link