Bab 381
Kantor Pusat Bank Parwiz Kota Setala.
Arman masuk ke ruang tunggu dan mengambil nomor antrean di mesin.
"Arman, kenapa kamu jalan begitu cepat? Omong-omong, kamu benaran suka Marsha, ya?"
Lydia mengikuti Arman dengan napas terengah-engah.
"Dokter Lydia, masih mau aku temani ikut reuni?"
Arman berbalik dan mengancamnya.
Lydia langsung menjulurkan lidahnya dan berkata, "Baiklah, aku nggak bilang lagi."
Arman menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya.
Dokter Lydia memang suka bergosip.
"Oh ya, Arman, seingatku ada cabang bank di sebelah rumah sakit. Kalau mau ambil uang nggak perlu datang ke sini, 'kan?"
Lydia agak heran.
"Aku mau ambil banyak uang," jawab Arman.
"Berapa yang mau kamu ambil?"
Lydia bertanya dengan penasaran.
"Dua triliun," jawab Arman dengan suara pelan.
"Ternyata dua triliun ... Apa? Dua triliun?"
Lydia terbelalak mendengarnya. Untungnya dia segera menutup mulut, sehingga tidak teriak terkejut.
Arman mau ambil dua triliun!
Berapa banyak itu?
"Arman, kamu nggak bercand

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link