Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 13

Di kediaman Keluarga Fernando, Ratna duduk di ruang tamu dengan wajah murka sambil melempar cangkir hingga pecah berserakan. Bagi Ratna, hari ini adalah penghinaan terbesar dalam hidupnya. Dia tak pernah membayangkan dirinya akan ditampar oleh Axel, dan kejadian itu terasa seperti mimpi buruk yang nyata. Tak lama kemudian, Clara kembali ke rumah. Begitu mendengar apa yang dialami ibunya, amarah pun langsung meledak. Mendengar Axel memukul Kevin saja dia sudah tidak terima, dan sekarang ... ibunya sendiri mengalami nasib yang sama. "Ini sudah keterlaluan. Apa Axel pikir negeri ini nggak punya hukum lagi?" Dia tahu adiknya dan ibunya memang suka bertindak semaunya dan sengaja menantang Axel, tapi bagaimanapun cara mereka menantang, mereka tetap ibu dan adik kandungnya. Apa pantas Axel memberi mereka pelajaran seperti itu? "Sialan, ini benar-benar keterlaluan. Ibu, tenang saja. Aku akan membalasnya. Axel, aku pastikan kamu akan membayar mahal." Saat Ratna mendengar itu, dia mengangguk berkali-kali dengan tegas, lalu berkata, "Wajah tuaku ini sih nggak apa-apa, tapi dia memukul adikmu sampai seperti itu. Kamu nggak boleh tinggal diam. Aku sudah menyuruh orang memberi tahu Pak Bima, dan dia akan segera ke rumah sakit. Aku mau Axel mati!" Mendengar bahwa Ratna telah memberi tahu Pak Bima, Clara terkejut, kemudian mengerutkan kening. "Bu, kenapa Ibu menghubungi Pak Bima? Bukankah Ibu tahu posisi dan cara Pak Bima dalam bertindak? Kalau dia turun tangan, pasti akan ada nyawa melayang." "Kalau masalah ini sampai melebar, itu akan berpengaruh pada aku dan juga Kevin. Ibu terlalu gegabah." Nama Bima sangat terkenal di dunia mafia Kota Jermada. Bahkan Clara, yang sekarang adalah seorang presdir cantik dengan kekayaan triliunan, harus memberikan sedikit penghormatan saat bertemu Pak Bima. Bagaimanapun, dia bukan hanya tokoh besar di dunia mafia, tetapi juga anggota Keluarga Warsana. Di hadapan Keluarga Warsana, Clara tidak bisa bersikap sombong. Melihat Clara yang tampak ragu-ragu dan ketakutan, Ratna langsung menggelengkan kepala dan berkata, "Dia sudah memukul ibumu dan adikmu, sekarang kenapa kamu masih khawatir sama nyawa Axel? Clara, jangan bilang kamu masih punya perasaan untuknya." "Aku beritahu kamu, aku nggak akan mengizinkannya. Bahkan jika aku mati sekalipun, aku nggak akan setuju." "Jadi, lupakan saja niatmu untuk kembali padanya. Axel adalah makhluk berwajah manusia tapi berhati binatang. Dia penuh dengan tipu muslihat yang nggak kamu ketahui." "Coba tebak apa yang aku lihat tadi?" "Aku melihat Axel dan Rosa! Ya, Rosa sahabatmu itu. Mereka duduk di dalam ruangan, makan malam romantis dengan cahaya lilin, dan berkencan di tengah malam begini. Pasangan nggak tahu malu itu sudah berani terang-terangan bersama. Apa kamu masih mau bilang di antara mereka nggak ada apa-apa?" "Mungkin saja, di antara mereka sudah lama ada rahasia yang nggak diketahui orang lain, Clara, kamu bodoh sekali. Sekarang, kamu mengerti kan kenapa Ibu sangat marah." Setelah mendengar perkataan Ratna, Clara tertegun sejenak. Sebelumnya, dia memang menerima telepon dari Rosa, tetapi Clara sudah memperingatkannya. Dia tidak menyangka Rosa benar-benar datang, dan mereka bahkan makan malam romantis dengan lilin. Entah mengapa, saat mendengar hal ini, kemarahan Clara tidak bisa dikendalikan, terutama ketika membayangkan pemandangan yang tidak pantas itu. Rasanya Clara ingin sekali membalik meja dan memukul seseorang. "Ibu, apa yang Ibu katakan benar? Rosa dan Axel benar-benar makan malam romantis dengan lilin hanya berdua saja?" Mendengar itu, Ratna mengangguk tegas dan berkata, "Benar. Menurutmu, apa Axel dan Rosa sudah lama berselingkuh? Kalau nggak, bagaimana mungkin baru bercerai sudah berani bertingkah nggak tahu malu seperti ini." "Apa kamu masih merasa bersalah pada Axel? Siapa tahu mereka sudah lama mengkhianatimu? Tapi tenang saja, Nak, Ibu pasti akan membalas dendam untukmu." Saat ini, Clara merasa sangat marah seolah-olah dia adalah istri yang dikhianati dan ditinggalkan. Melihat Ratna yang tampak bersemangat, Clara langsung menggelengkan kepala dan berkata, "Nggak, Bu. Ibu nggak perlu ikut campur dalam hal ini. Aku akan menanganinya sendiri. Memukul mereka terlalu mudah. Aku akan membuat mereka tahu konsekuensi apa yang harus mereka tanggung jika berani berkhianat di belakangku." "Apa mereka nggak sadar posisi mereka? Oke, aku akan membuat mereka berdua mengerti siapa mereka sebenarnya." Melihat wajah Clara yang dingin dan tegas, Ratna merasa sangat senang. Dia jarang melihat sisi Clara seperti itu, dan setiap kali melihatnya berarti Clara benar-benar marah. Kalau sudah begini, segala urusan akan jadi lebih mudah diselesaikan. "Nak, kamu nggak perlu membagi hartamu pada Axel. Adikmu sudah dewasa, berikan saja padanya. Nanti kalau dia cari pacar tapi nggak punya uang, malu juga, 'kan?" Saat ini Clara tidak sempat memikirkan hal-hal itu. Dia langsung mengangguk dan berkata, "Iya Bu, aku mengerti. Aku pergi dulu, pokoknya Ibu nggak perlu memikirkan hal-hal ini. Biar aku yang akan mengurus semuanya." Setelah berkata demikian, Clara pergi meninggalkan rumah dengan penuh kemarahan. Sikap yang seperti ini justru membuat orang bingung. Sebenarnya siapa yang meninggalkan? Siapa yang mengkhianati? Setelah keluar dari rumah, Clara segera menelepon Axel. Tak lama kemudian, telepon pun tersambung. "Axel, besok siang kita harus bertemu." Setelah berkata demikian, Clara langsung mematikan telepon tanpa menunggu Axel berbicara. "Axel, kamu tahu kan dirimu itu nggak sehebat yang kamu kira? Masih merasa lebih unggul dari orang lain? Kalau begitu, sekarang aku akan tunjukkan seberapa jauh perbedaan antara kita." "Semoga nanti kamu nggak sampai merasa rendah diri sampai ingin bunuh diri." Setelah itu, Clara mengirim sebuah pesan singkat ke Regi dengan isi yang jelas dan singkat. [Rosa selingkuh!] Setelah melakukan semua itu, Clara baru mengemudi pulang ke vila tempat dia tinggal sekarang. Di sisi lain, Axel menatap ponselnya dengan alis sedikit berkerut. Dia tidak tahu apa lagi yang akan dilakukan Clara. Namun, apa pun yang dilakukannya, Axel sama sekali tidak takut. Saat ini, Regi sedang asyik bersenang-senang dengan banyak wanita cantik di bar. Setelah melihat pesan di ponselnya, dia langsung marah. Rosa berselingkuh? Ini benar-benar keterlaluan. Apakah masih ada orang di dunia ini yang berani menipunya? Terutama Rosa, setelah bertahun-tahun berusaha keras mengejarnya tanpa mendapat respons baik, kesabarannya sudah habis. Dia tahu bahwa di hati Rosa sudah ada seseorang. Dan itu sudah cukup membuat Regi ingin menghajar Rosa habis-habisan. Regi pun langsung menelepon Rosa. "Temui aku di hotel sekarang. Kalau nggak, pertunangan kita dibatalkan, dan Keluarga Tanoko akan bergabung dengan kekuatan lain untuk menghancurkan seluruh Keluarga Burhan. Setelah itu, aku akan membuat seluruh keluargamu mengemis di jalan!" Setelah mengatakan itu, Regi langsung meninggalkan bar dalam keadaan mabuk, dan menyetir langsung ke hotel langganannya. Sementara itu, Rosa sedang duduk di bangku pinggir jalan. Setelah telepon ditutup, dia tersenyum pahit. Dia sudah menebak akhirnya akan seperti ini dan telepon itu pun datang. Namun, dia tidak berani menolak permintaan Regi. Dia tahu masa depan seluruh keluarganya ada di tangannya.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.