Bab 11
Pandangan John tertuju pada sarapan itu. Alisnya berkerut hampir tak terlihat.
Ini sangat berbeda dengan kebiasaan sarapannya yang dulu.
Saat Mega masih di sini, tidak peduli seberapa larut John bekerja sehari sebelumnya, sarapan selalu tersedia tepat waktu: entah semangkuk bubur dengan butiran nasi yang merekah sempurna dan suhu yang pas, dilengkapi dengan beberapa piring lauk segar yang menggugah selera; entah kue-kue yang disukainya, elegan dan menenangkan; jika semalam John minum alkohol karena urusan bisnis, segelas air madu hangat pasti sudah menunggu di tepi meja.
John ingat suatu kali saat maagnya kambuh, Mega berjaga di depan panci tanah liat yang terus menyala dengan api kecil, dengan hati-hati mengaduk bubur di dalamnya karena khawatir akan gosong. Sosoknya yang lembut dan penuh perhatian saat itu pernah membuat hati John hangat sejenak.
"Ayo makan, John!" desak Sandra dengan kecentilan khas gadis.
John mengambil pisau dan garpu, dengan gerakan mekanis memotong sepotong keci

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link