Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 2

Hestiana pergi ke firma hukum. Dia meminta pengacara membuatkan perjanjian cerai, baru kemudian membawa bubur kembali ke rumah sakit. Begitu tiba di depan pintu kamar rawat, dia melihat Marselia sibuk merawat Yosfian. Marselia mengambilkan semangkuk sup untuk diberikan padanya, tapi tidak sengaja menumpahkannya ke tubuh Yosfian. Dia minta maaf sambil ingin membantu menyekanya, tapi malah menyentuh lukanya. Dia ingin mengobati lukanya, tapi justru salah ambil obat .... Melihat Yosfian meringis kesakitan sampai menghela napas, mata Marselia langsung memerah. "Yosfian, maaf. Aku tahu kamu terluka parah karena masuk ke dalam api untuk menyelamatkanku. Aku ingin merawatmu, tapi aku nggak bisa melakukan apa pun dengan baik. Maafkan aku." Tatapan Yosfian yang biasanya datar, terlihat sedikit tidak berdaya. "Kamu dari kecil hidup enak, nggak pernah hidup susah. Jadi wajar saja kalau nggak bisa merawat orang. Aku hanya luka ringan, istirahat beberapa hari sudah sembuh. Kamu nggak perlu khawatir, juga nggak perlu merasa bersalah." Mendengar itu, Marselia malah menangis semakin keras. "Kamu bohong, luka ringan apanya? Dokter bilang luka bakarmu parah dan kamu nggak bisa menjadi kapten pilot lagi, 'kan?" Begitu melihat air matanya, wajah Yosfian muncul ekspresi yang rumit. Yosfian ingin memeluknya untuk menenangkannya, tapi begitu mengulurkan tangan, dia sadar tindakan itu tidak pantas untuk status mereka sekarang. Jadi dia hanya memberikan beberapa lembar tisu. "Sebenarnya aku sudah menyiapkan surat pengunduran diri dan berencana mengundurkan diri bulan ini. Jadi tetap menjadi kapten pilot atau nggak, sama sekali nggak penting bagiku. Hal ini nggak ada hubungannya denganmu. Jadi jangan menangis lagi." Marselia tertegun, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Mengundurkan diri? Kenapa? Bukankah kamu bilang jadi pilot adalah impianmu?" Yosfian terdiam sejenak. Ketika berbicara lagi, nadanya mengandung sesuatu yang sulit dijelaskan. "Jadi pilot itu bukanlah impianku. Saat kamu berumur delapan tahun, kamu bilang kapten pilot sangat keren. Kamu bilang ingin menikah dengan pilot, supaya dia bisa mengajakmu keliling dunia. Aku pikir kamu masih ingat." "Yosfian!" Marselia tidak menyangka karena alasan itu. Dia tidak tahan lagi dan langsung memeluknya. Yosfian terkejut, tangan yang tadinya ragu akhirnya memeluknya. Melihat pemandangan itu, dada Hestiana rasanya seperti ditusuk pisau, perih sampai terasa hancur. Dia mengepalkan tangan dengan keras, ruas jarinya memutih, bibir bawah digigit sampai berdarah. Dia berusaha keras menelan semua rasa sakit itu, meletakkan makanan di depan pintu lalu berbalik pergi. Begitu turun ke lantai bawah, dia bertemu beberapa rekan pilot Yosfian. Mereka datang untuk menjenguk. Setelah basa-basi, mereka menanyakan kondisinya. Hestiana menceritakan singkat dan memberitahukan nomor kamar pada mereka. Beberapa orang itu hendak ke sana, tapi tiba-tiba menerima tugas terbang mendadak, sehingga harus kembali. "Kakak Ipar, kami harus kembali ke bandara. Tolong sampaikan salam kami pada Kapten Yosfian. Oh ya, ini surat pengunduran dirinya, sudah disetujui pimpinan. Tolong serahkan padanya." Setelah menerima surat laporan dan keranjang buah dari mereka, Hestiana membaca alasan pengunduran diri Yosfian, hanya ada satu poin. "Sejak masuk bekerja, aku terbang rute Tiona-Ostalia selama tiga tahun. Setiap kali mendarat di Ostalia yang asing, aku selalu merasa kosong. Sedangkan saat terbang di angkasa, hatiku selalu terasa menggantung tanpa pijakan, seakan-akan aku kehilangan arah. Sampai beberapa waktu lalu aku mendengar kabar dari kenalan lama. Saat itu aku baru tersadar, mungkin yang selama ini kukejar bukan langit biru, tapi bayangan seseorang. Kini dia sudah kembali. Aku sudah menemukan arahku dan aku ingin menyelesaikan semuanya." Hestiana selalu mengira, keyakinan Yosfian adalah langit biru dan kebebasan terbang. Dia tidak menyangka ternyata keyakinan Yosfian adalah Marselia. Yosfian menjadi pilot untuk menyenangkan Marselia. Jadi kapten agar bisa ke Ostalia untuk menemuinya kapan saja. Bahkan pengunduran dirinya juga karena Marselia sudah kembali. Sedangkan Hestiana hanya sia-sia memakai status istrinya, tapi tidak pernah masuk ke dalam hati pria itu. Dia menutup mata dengan putus asa, teringat lima tahun lalu, Yosfian berpidato di aula, penuh semangat dan percaya diri. Itulah saat Hestiana jatuh cinta, juga saat Yosfian bekerja keras demi bisa lebih dekat dengan Marselia. Betapa menyedihkan, betapa lucunya. Sekarang orang yang ditunggu Yosfian sudah kembali dan sudah waktunya Hestiana memberikan posisinya. Setelah pulang ke rumah, Hestiana menelepon kakak tingkat yang sejak lama ingin mengajaknya bekerja sama. Dia memutuskan untuk membuka studio desain bersama dengannya. Setelah lulus, karena Yosfian hampir tiap minggu ada tugas penerbangan, dia memilih menjadi ibu rumah tangga agar dapat mengurus keluarga dengan lebih baik. Kini setelah membulatkan tekad untuk pergi, dia memutuskan mengejar kembali mimpinya. Mendengar kabar itu, kakak tingkatnya tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. "Hestiana, saat kuliah, dosen bilang kamu memang berbakat di dunia desain. Semua orang menunggumu bersinar di industri ini. Akhirnya kamu membuat pilihan yang bagus! Besok aku langsung terbang pulang untuk membicarakan kerja sama. Studionya dibuka di Kota Utara saja. Bagaimanapun, kamu sudah menikah, jadi begini lebih mudah untuk mengurus keluarga."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.