Bab 2
Aku menemukan cangkang telur di dalam sup ikan yang biasa aku makan setiap hari.
Aku memanggil Stella, menyuruhnya melihatku mengambil cangkang telur itu, lalu meletakkannya di atas meja. Kemudian, aku melipat tangan sambil menatapnya.
"Maafkan aku, Kak. Maafkan aku. Seharusnya aku lebih memperhatikan saat berinteraksi dengan penonton."
Stella menunjukkan ekspresi penuh rasa bersalah. Wajahnya memerah, sementara dia tidak berani menatapku.
Aku berkata, "Stella, aku juga bukan orang yang nggak masuk akal, tapi kami sudah membayarmu 60 juta sebulan. Itu sudah sangat bagus untuk seorang gadis sepertimu."
"Karena kamu nggak bisa melakukan siaran langsung dan pekerjaan utamamu dengan baik secara bersamaan, aku rasa lebih baik kamu nggak melakukan siaran langsung lagi."
"Stella, kenapa kamu nggak melakukan siaran langsung hari ini?" Jason memotong steik yang dimasak dengan anggur merah dengan anggun, tetapi matanya tertuju pada Stella.
"Kakak mengatakan siaran langsungku mengganggu pekerjaan utamaku," jawab Stella dengan suara kecil.
"Ahem." Aku berdeham tidak senang.
"Aku yang nggak ingin melakukan siaran langsung lagi." Stella langsung mengubah kata-katanya, "Aku ingin fokus melakukan pekerjaan utamaku sebagai asisten rumah tangga dulu."
"Lihatlah gadis kecil ini, dia melakukan pekerja dengan ceroboh dan nggak rapi. Bagaimana kalau kita mencari asisten rumah tangga lainnya saja?" ujarku.
Setelah menyuruh Stella pergi, aku sengaja menguji reaksi Jason.
Pria yang tidak berkedip meskipun kesepakatan bernilai miliarannya gagal itu, sekarang tiba-tiba menjadi gugup. Dia melonggarkan dasinya dengan sedikit gelisah.
"Nggak ada orang yang sempurna. Kalau kita menggantinya dengan orang lain, bukankah kita harus menyesuaikan diri lagi?" kata Jason sambil menyesap anggur merahnya. "Aku rasa kita nggak perlu menggantinya dengan orang. Dia sudah cukup baik."
Siapa yang mengendalikan keuangan, dia yang memegang hak untuk berbicara. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku adalah seorang ibu rumah tangga penuh waktu, jadi aku harus mendengarkan Jason dalam hal-hal ini.
Setelah mandi, Jason langsung berbaring di tempat tidur untuk tidur.
Aku berguling ke atasnya, menyentuh wajahnya dengan mesra, lalu berkata, "Sayang, sudah lama sekali kita nggak berhubungan ...."
Cahaya lampu hangat di kamar tidur menerangi lekuk tubuhku yang indah. Aku melepaskan pakaian luarku, lalu membungkuk sambil berbisik di telinganya.
"Apa kamu sudah lupa dengan rencana kita? Bukankah kita berencana ... memiliki anak?" tanyaku.
"Aku terlalu lelah hari ini." Jason mendorongku sedikit menjauh dengan dingin. "Lain kali saja, ya."
"Nggak mau, lain kali kamu pasti ada rapat lagi!" Aku melingkarkan tanganku di bahunya, lalu memberinya ciuman ringan. "Malam ini saja, ya."
Ekspresi kesal di wajah Jason tampak makin jelas. Hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dia mengerutkan kening sambil melepaskan tanganku.
"Aku ingin minum air, kamu tunggu sebentar." Dia segera membalikkan badan, turun dari tempat tidur, lalu suara langkah kakinya yang menuruni tangga terdengar.
Sepuluh menit berlalu, tetapi masih tidak ada pergerakan. Tiga puluh menit berlalu, tetapi aku masih belum melihatnya kembali. Aku mengenakan pakaianku lagi, lalu melangkah turun.
Begitu aku sampai di sudut tangga, aku melihat Stella yang dengan panik membungkus dirinya dengan handuk mandi. Sementara itu, Jason sedang memegang segelas air sambil berdiri di sampingnya, hanya berjarak kurang dari satu meter dari wanita itu!
"Apa yang kalian berdua lakukan?" teriakku. Raungan amarahku terdengar bergema di seluruh rumah.
Stella mendongak menatapku dengan wajah memerah, lalu segera mengikat handuk mandinya. Sementara itu, Jason tampak berdiri di sampingnya dengan ekspresi tenang.
Stella berkata, "Kak ... Kakak, aku sedang mencuci pakaian. Aku melihat kalian sudah naik untuk beristirahat, jadi aku melepaskan pakaianku, lalu memasukkannya untuk dicuci bersama milik kalian."
"Aku nggak menyangka Pak Jason akan tiba-tiba turun untuk minum air ...."
"Ini artinya, kamu melihatnya telanjang?" tanyaku.
Aku menggertakkan gigi sambil menatap Jason. Dia tidak kembali selama 30 menit, siapa yang tahu sudah berapa lama pria ini mengintip?
"Aku turun untuk minum air, lalu kebetulan saja bertemu dengannya." Jason masih bersikap tenang.
"Nggak apa-apa, Stella. Jangan dimasukkan ke dalam hati." Jason melangkah maju untuk menepuk bahunya. Seluruh handuk mandi itu bergetar, sementara pandangan mata Jason juga ikut bergerak ke bawah.
"Baiklah, ayo semua kembali tidur." Aku tidak bisa menahan diri lagi, langsung melangkah maju untuk menarik Jason menjauh.
"Mulai sekarang kamu harus mencuci sendiri pakaianmu secara terpisah! Kamu nggak boleh mencucinya bersama dengan pakaian kami!" kataku dengan marah sambil menunjuk hidung Stella.