Bab 1
Saat ini sudah memasuki musim panas yang sangat terik!
"Felix Jarma, kamu sudah dikeluarkan dari sekolah. Cepat kemas barang-barangmu dan keluar dari sini."
Di lorong Sekolah Santra di Kota Karlis, wali kelas Felix yang bernama Darlon Lirta berkata dengan marah sambil menunjuknya.
Felix mengepalkan tangannya, lalu berkata dengan ekspresi tidak terima, "Kenapa aku dikeluarkan?"
Darlon berkata dengan ekspresi menghina.
"Karena kamu suka bolos, pacaran di masa muda dan juga sering berkelahi! Aku berhak mengeluarkanmu! Cepat kemas barang-barangmu dan pergi dari sekolah ini!"
Dia melempar tas Felix keluar dari kelas, hal ini membuat bukunya berserakan di atas lantai.
Felix mengambil tasnya dalam diam, lalu mendengar ucapan orang-orang di belakangnya.
"Nggak disangka dia dikeluarkan saat mau Ujian Nasional, menyedihkan sekali."
"Nilainya cuma mencapai 300-400 dalam setiap ujian, sama sekali nggak penting apakah dia bisa ikut ujian atau nggak. Lagi pula dia pasti akan jadi tukang pemindah batu di masa depan."
"Aku dengar dia juga dicampakkan oleh pacarnya."
Felix berjalan menuju gerbang sekolah dengan linglung.
Tiba-tiba sebuah mobil van berhenti, kemudian seorang pria dengan rambut kuning melompat keluar.
"Dialah yang berani menggoda kakak ipar kita, pukul dia sampai mati!"
Setelah dipukul beberapa kali dengan tongkat, Felix dipukul sampai hampir kehilangan kesadarannya.
Saat melihat nyawa Felix hampir melayang, pria berambut kuning itu meludahinya, lalu berkata.
"Cih! Orang nggak berguna sepertimu nggak pantas goda kakak iparku!"
Tidak jauh dari sana, sepasang kekasih yang masih muda sedang bersandar di sisi mobil Ferrari.
Pria yang bernama Dirto Sumar bertanya, "Sayang, kamu nggak marah kalau aku pukul mantan pacarmu, 'kan?"
Helen Ratan bersandar di pelukan Dirto dengan manja.
"Dia adalah pria yang nggak berguna, aku sama sekali nggak keberatan kalau kamu pukul dia sampai mati."
"Baik! Kalau begitu aku akan pukul dia sampai mati, lalu lempar dia ke dalam danau."
Rasa sakit yang hebat akhirnya membuat Felix kehilangan kesadarannya.
Begitu tersadar kembali, Felix menyadari jika dia dilempar ke dalam danau.
Rasa sakit yang hebat menyelimuti seluruh tubuhnya. Dia berusaha berenang ke permukaan danau, tapi lengan dan kakinya sudah patah.
Bagaimana ini? Apakah aku benar-benar akan mati?
Hati Felix dipenuhi dengan keputusasaan.
Tiba-tiba Felix merasakan arus listrik yang kuat menyambar tubuhnya. Arus listrik ini seolah-olah memiliki nyawa dan mengalir ke seluruh tubuhnya, menimbulkan rasa sakit yang hebat tidak peduli ke mana pun ia lewat.
Felix merasa tubuhnya hampir hancur karena arus listrik ini, setiap sel di dalam tubuhnya berkedut kesakitan.
Hanya saja saat rasa sakit itu mencapai puncaknya, Felix tiba-tiba merasakan arus listrik yang hangat mengalir ke otaknya.
Arus yang hangat ini seolah-olah memiliki kekuatan magis yang langsung menyapu pikiran Felix dan menyatukan kembali ingatannya yang terpecah. Dari sejak dia lahir di rumah sakit, ingatan itu terus berputar di dalam benak Felix seperti sebuah film. Ingatan yang pernah dia lupakan kembali muncul dengan jelas di dalam benaknya.
Arus listrik ini terus mengalir dan meledakkan tubuh Felix, seolah-olah ingin mengubah setiap sudut tubuhnya. Meridian, pembuluh darah, tulang ... setiap sel menjadi hidup karena energi ajaib ini.
Saat Felix tersadar kembali, dia menyadari jika dia sudah berada di tepi danau.
"Aku ... masih hidup?"
Felix segera menyadari ada yang salah dengannya.
Jelas-jelas keempat anggota tubuhnya sudah patah, tapi sembuh dengan ajaib pada saat ini.
Apa yang terjadi?
Felix menatap sekeliling, tapi tidak ada orang yang melihat adegan ini di tengah hujan badai.
Saat dia hendak bergerak.
Tiba-tiba Felix merasakan sebuah kekuatan yang dahsyat mengalir dengan deras di dalam tubuhnya. Felix berusaha mengendalikan kekuatan itu, tapi arus listrik yang tidak terlalu kuat tiba-tiba keluar dari tubuhnya dan menghantam air danau. Hal ini membuat air danau beriak dan ikan-ikan terguling keluar.
Mengejutkan sekali!
Pada saat yang sama, otak Felix juga mengalami perubahan. Felix merasa pikirannya menjadi sangat jernih, ingatannya seolah-olah telah meledak. Dia bisa mengingat kejadian dari masa kecil sampai sekarang dengan jelas. Felix bahkan juga bisa menarik kesimpulan dari satu kejadian ke kejadian lainnya, mengintegrasikan pengetahuan menjadi pemahaman yang komprehensif.
Karena tubuhnya sudah sembuh, Felix berencana kembali ke rumah.
Rumah Felix terletak di sebuah permukiman kumuh di bagian Kota Karlis yang sudah tua dan ditempati oleh penduduk kelas bawah.
Setelah kembali ke rumah, Felix melihat ayahnya yang bernama Ferdy Jarma sedang merokok, ibunya yang bernama Mery Sarla sedang menangis. Sedangkan adiknya yang bernama Fellin Jarma sedang mengerjakan pekerjaan rumah dengan tenang di samping.
Felix langsung merasakan suasana aneh di dalam rumah. Saat dia berjalan masuk ke dalam, Ferdy meliriknya, lalu bertanya dengan suara yang berat, "Habis dari mana kamu? Kenapa seluruh tubuhmu basah kuyup?"
"Tadi aku nggak sengaja jatuh ke dalam danau," kata Felix.
Ferdy mengerutkan keningnya, lalu berkata.
"Tadi Pak Darlon telepon aku, dia bilang kamu sudah dikeluarkan?"
Felix mengangguk dalam diam.
Ferdy melempar pipa rokoknya ke lantai, lalu berteriak, "Kenapa kamu mengecewakanku?!"
Suara tangis Mery menjadi lebih keras, dia sama sekali tidak bisa menerima kenyataan jika putranya dikeluarkan dari sekolah.
Hati Felix terasa sangat sakit, ini adalah sebuah pukulan yang besar bagi orang tuanya.
"Apakah kamu tahu betapa kerasnya kami berusaha membesarkanmu? Kenapa kamu begitu nggak patuh?" ujar Ferdy dengan marah.
Felix diam-diam menerima omelan dan kekecewaan orang tuanya, tapi hatinya penuh dengan tekad.
Dia akan bangkit kembali dan tidak akan pernah mengecewakan orang tuanya.
Setelah menerima amarah Ferdy, Felix akhirnya kembali ke kamarnya.
Felix bisa merasakan jika tubuhnya dipenuhi dengan kekuatan, pendengaran dan penglihatannya juga menajam. Dia sangat ingin mencari tahu apakah semua ini benar atau tidak.
Jadi dia mengeluarkan berbagai buku partitur dan buku-buku yang lain, kemudian mulai mempelajarinya.
Felix bisa menguasai alat musik, permainan catur dan melukis.
Dia juga menguasai fisika, kimia dan yang lain.
Segala hal yang sulit dipahami oleh Felix sebelum ini, telah dipahami olehnya dengan mudah pada saat ini.
Ini semua adalah kenyataan.
Setelah rasa senang ini berlalu, Felix akhirnya menenangkan dirinya.
Felix mulai berpikir dengan serius bagaimana dia harus memanfaatkan kemampuan barunya dan jalan apa yang harus ditempuh di masa depan.
Ujian Nasional adalah sebuah istilah yang menimbulkan ketakutan di dalam hati banyak murid, tapi saat ini sudah memiliki makna yang berbeda di dalam hati Felix.
Dia pernah menakuti ujian ini.
Hanya saja pada saat ini hati Felix dipenuhi dengan rasa percaya diri dan antisipasi, dia tidak akan pernah mengecewakan orang tuanya lagi.
Saat Felix sedang sibuk belajar, pintu kamarnya perlahan-lahan terbuka. Lalu Fellin diam-diam masuk ke dalam.
Kedua matanya yang cerah dipenuhi dengan rasa peduli dan antisipasi, dia berkata dengan lembut.
"Kakak, jangan menyerah. Aku yakin kamu pasti punya kesempatan untuk masuk ke universitas yang bagus."
Usia Fellin dua tahun lebih muda dari Felix, dia adalah putri kandung Ferdy dan Mery. Dia tidak hanya cantik, tapi juga merupakan anak yang patuh dan bijaksana, selain itu juga selalu mendapatkan nilai tertinggi. Felix sangat menyayangi adiknya.
Setelah mendengar ucapan Fellin, Felix berkata sambil tersenyum.
"Jangan khawatir, Kakak pasti akan belajar dengan semangat dan nggak akan mengecewakanmu."
Fellin mengangguk sambil mengedipkan matanya yang cantik, lalu wajahnya tiba-tiba memerah. "Kak Felix, aku merasa ... kamu sedikit berbeda."
Hati Felix menegang. "Apa yang berbeda?"
"Aku nggak bisa melukiskannya dengan jelas," kata Fellin dengan malu-malu. "Aku cuma merasa kalau kamu semakin tampan, tatapanmu juga jadi lebih cerah. Selain itu ... kamu sepertinya jadi sedikit lebih tinggi."
Pada siang harinya, Ferdy kembali dengan membawa dua kotak Rokok Anid dan dua botol Arak Putih Meso.
Dia berkata pada Felix, "Ikut aku pergi ke sekolah sore ini."
Felix mengangguk. Ayahnya bahkan tidak rela merokok sebatang Rokok Edar yang seharga 14 ribu, dia juga hanya meminum arak putih curah yang harganya sekitar 14 atau 16 ribu per pon.
Hanya saja Ferdy menghabiskan begitu banyak uang deminya hari ini.