Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6

Di bawah tatapan terkejut orang-orang, Felix bertarung dengan pisau pembunuh itu dengan tangan kosong, keterampilannya benar-benar sangat luar biasa. Pria itu dikejutkan oleh kekuatan Felix dan langsung tertegun di tempat, dia berkata dengan tergagap. "Ja ... jangan mendekat, aku bahkan bisa melukai diriku sendiri kalau lagi menggila. Kalau kamu kembali mendekat, aku akan bunuh diri di depanmu!" Ucapan ini membuat suasana di dalam bus sedikit membaik, hanya saja Felix malah bertanya dengan nada menggoda. "Kenapa? Apakah kamu mau saling melukai?" "Jangan ... aku masih punya pisau!" Si pembunuh segera meraba-raba tubuhnya dengan panik, sedangkan Felix memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang dengan tiba-tiba dan mencengkeram lengan si pembunuh dengan erat. Hanya saja kekuatan si pembunuh berada di luar dugaan Felix, dia meronta dengan keras dan hampir membuat Felix melepaskan tangannya. Hanya saja Felix yang sekarang sudah tidak sama seperti sebelumnya. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya dan melakukan pertarungan yang sengit dengan si pembunuh. Sebuah kekuatan yang mengerikan menyelimuti si pembunuh, pada akhirnya Felix berhasil menaklukkannya. Pada saat ini, penumpang di dalam bus akhirnya tersadar kembali dari keterkejutan mereka. Mereka segera melangkah maju untuk membantu mengikat si pembunuh dan memanggil polisi untuk meminta bantuan. Tidak lama kemudian, mobil polisi dan ambulans tiba di tempat kejadian. Petugas medis segera membawa korban yang terluka ke dalam ambulans untuk dirawat, sedangkan polisi mulai menyelidiki kasus ini dan meminta keterangan dari para penumpang. Saat polisi bertanya siapa yang menaklukkan pembunuh, semua penumpang menunjuk ke arah Felix. Tepat saat polisi hendak meminta keterangannya, Felix langsung berteriak dengan keras. "Gawat! Ujian Nasional sebentar lagi akan dimulai!" Setelah memahami situasi ini, polisi itu sangat pengertian dan segera mengatur satu mobil polisi untuk mengantar pahlawan ini ke tempat ujian. Saat mobil polisi melaju dengan cepat di tengah jalan, Felix duduk di dalam mobil sambil melihat jam tangannya dengan cemas. Akhirnya Felix memasuki ruang ujian di satu menit terakhir. Ujian pertama adalah mata pelajaran bahasa, suasana di dalam ruang ujian sangat menegangkan dan mencekam. Hanya saja Felix tetap bersikap dengan tenang, dia menulis berbagai pertanyaan di atas kertas ujian dengan pena di tangannya. Terlihat jelas jika insiden yang menegangkan pada tadi pagi tidak memengaruhi ujiannya. Bagi Felix, ujian mata pelajaran matematika di siang hari terasa seperti sebuah perjalanan yang santai. Dia mengerjakan setiap soal dengan cepat, bahkan juga mengerjakan soal terakhir dengan mudah. Felix memeriksa jawabannya dengan cermat, setelah itu dia keluar dari ruang ujian dengan penuh percaya diri setelah bel berbunyi. Setelah hari ini berlalu, Felix menjadi lebih rileks. Felix merasa dia telah mengerjakan ujiannya dengan baik. Pada malam itu, Aldo dan Kevin mendatangi rumahnya. Mereka bersepeda ke sisi sungai di Kota Karlis. Sepeda mengeluarkan suara berderak di sepanjang jalan setapak yang sempit, batu yang dilemparkan ke dalam sungai mengejutkan sekelompok katak. Pemandangan yang tenang dan indah ini benar-benar menenangkan. Kevin menanyakan hasil ujian Felix dan Aldo dengan penasaran, lalu mereka berdua melaporkan hasil yang baik. Saat ditanya tentang universitas yang akan dituju, Felix dan Aldo mengatakan jika mereka ingin melanjutkan studi di kota besar, sedangkan Kevin lebih memilih akademi militer. Angin sungai bertiup, membawa rasa yang tenang dan damai. Di tengah suasana yang indah ini, suasana hati Aldo sangat baik. Dia menyenandungkan sebuah lagu dengan melodi yang indah, lagu ini mengungkapkan rasa rindu terhadap masa lalu dan imajinasi yang indah tentang masa depan. Kevin merasa lagu itu sangat indah dan menanyakan judulnya. Aldo mengatakan padanya dengan bangga bahwa judul lagu itu adalah "Waktu", lagu ini sangat populer di internet akhir-akhir ini. Aldo jarang bernyanyi, tapi lagu itu sangat bagus, jadi dia mempelajarinya. Setelah mendengar judul lagunya, Kevin semakin tertarik dengan lagu ini dan ingin mempelajarinya lebih lanjut. Saat mendengar ini, Felix berkata dengan nada bercanda jika dia juga bisa menyanyikan lagu ini, bahkan bisa menyanyikannya dengan baik. Aldo merasa Felix sedang membual. Felix hanya tersenyum tipis, lalu mulai menyanyikannya. Aldo membuka matanya lebar-lebar setelah mendengar ini. "Astaga! Felix, nggak disangka kamu bisa menyanyikannya dengan begitu bagus? Kalau bukan karena aku sangat mengenalmu, aku pasti sudah mengira kalau kamulah penyanyi aslinya." Felix hanya tersenyum dalam diam, tatapannya yang cerah menatap ke kejauhan dengan penuh harapan. Keesokan harinya, ujian masih terus berlanjut. Felix mengerjakan soal ujian sains dan bahasa Indrus dengan penuh percaya diri. Dia merasa dia telah mengerjakan soal ujian keempat mata pelajaran ini dengan baik. Saat meninggalkan ruang ujian, Felix akhirnya menghela napas lega. Langkahnya terasa lebih ringan saat kembali ke rumahnya. Setelah ujian berakhir, hasilnya akan diumumkan. Bagi peserta Ujian Nasional, hari ini sangat menegangkan seperti hari nilai mereka diumumkan. Felix mendatangi Sekolah Tersu lebih awal untuk memeriksa jawabannya. Tidak terdapat banyak orang di dalam kelas, beberapa orang yang lain mengerutkan kening mereka dan terlihat pesimis. Kenzo berkeliling di dalam ruang kelas sambil terus mengamati ekspresi para murid, berharap bisa melihat hasil yang dia inginkan. Sayangnya ... situasi saat ini terlihat tidak terlalu baik. Felix terlihat tenang dan sama sekali tidak terpengaruh oleh suasana di sekitar. Setelah menerima salinan jawaban, dia duduk sendirian di sudut sambil membandingkannya dengan saksama. Felix berkonsentrasi menggerakkan penanya sambil tersenyum tipis, seolah-olah telah menemukan jawabannya. Setelah mengelilingi murid yang memiliki kemungkinan bisa diterima di universitas tingkat dua, Kenzo kembali ke podium dengan suasana hati yang muram. Jika dilihat dari situasi saat ini, apakah mereka semua akan gagal? Saat melihat Felix sedang memeriksa jawabannya dengan cermat, Kenzo ragu-ragu sejenak, lalu kembali ke kantornya dengan tidak berdaya. Pada saat ini, guru fisika memasuki ruang kelas. Dia juga berkeliling di dalam kelas, lalu pada akhirnya berhenti di samping Felix. Sebagai murid pindahan yang datang menjelang Ujian Nasional, guru fisika memiliki kesan yang mendalam pada Felix. Lagi pula nilainya yang mendekati 700 sangat mengejutkannya. Meskipun nilai Felix tidak pernah mencapai setinggi itu dalam ujian berikutnya, pengalaman mengajar guru fisika selama bertahun-tahun membuatnya yakin jika Felix sengaja menyembunyikan kemampuannya. Guru fisika yakin kemampuan belajar Felix yang sebenarnya kemungkinan besar sangat tinggi. Guru fisika diam-diam berdiri di belakang Felix sambil mengamatinya membandingkan jawaban. Sedangkan Felix terus memeriksa jawabannya. Seolah-olah waktu dan ruang telah berhenti. Waktu terus berlalu. Setelah Felix selesai memeriksa setiap jawaban, ekspresi guru fisika berubah dari ekspresi tenang menjadi terkejut dan pada akhirnya menjadi ekspresi tidak percaya .... Setelah selesai memeriksa jawaban, Felix meregangkan tubuhnya sambil tersenyum lega. Dia sendiri bahkan terkejut dengan perkiraan nilainya! "Be ... berapa perkiraan nilaimu?" tanya guru fisika dengan tergagap. Dia terus menatap Felix yang sedang memeriksa jawaban tanpa mengedipkan matanya. Saat melihat hampir semua jawaban Felix benar, guru fisika tidak bisa membayangkan berapa nilai yang dia dapatkan! Felix menjawab dengan tenang. "Kira-kira hampir 680!" Sebenarnya Felix telah memperkirakan di dalam benaknya, jumlah nilainya seharusnya mencapai angka 720. 142 untuk pelajaran bahasa, 143 untuk pelajaran matematika, 290 untuk pelajaran sains dan 145 untuk bahasa Indrus! Hanya saja nilai ini terlalu mengejutkan, jadi dia memilih untuk bersikap konservatif. Hanya saja ... meskipun ini adalah nilai yang dianggap konservatif bagi Felix, guru fisika tetap terkejut setelah mendengar ini. Dia bahkan membuka matanya lebar-lebar, lalu berkata dengan sedikit tergagap, "6 ... 680?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.