Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6

Setelah mengetahui Serena hamil, Elvano begitu gembira hingga tidak bisa tidur. Bagus sekali! Sungguh bagus sekali! Sekarang, selama memberikan keturunan untuk kakaknya, dia bisa kembali ke sisi Nayara! Karena khawatir dengan anak dalam kandungan Serena, ibu mertua bersikeras meminta Serena tinggal di rumah sakit, sehingga jika terjadi sesuatu, bisa segera menemui dokter. Terlihat jelas, ibu mertua sangat menantikan anak yang ada di dalam kandungan Serena. Terlalu menantikan kadang membuat seseorang merasa bangga dan ingin memamerkan. Setiap hari di meja makan dia berbicara bersama pembantu Keluarga Atmadja, "Masak masakan ini lebih asam lagi, anak laki-laki suka asam, sedangkan anak perempuan suka pedas. Menantu kesayanganku pasti mengandung anak laki-laki, dia selalu minta masakan asam. Nanti aku akan membawakan sup ikan asam ini untuknya." Nayara mengalami nyeri haid yang parah, baru makan beberapa suap, perut bagian bawahnya sudah mulai kram lagi. Dia meletakkan sendoknya dan berkata, "Kalian makan pelan-pelan, aku nggak makan lagi." Begitu dia berdiri, Elvano menatapnya dengan cemas. "Kamu baru makan dua suap sudah berhenti? Nggak cocok dengan seleramu?" Nayara ingin tertawa, sekarang baru peduli padanya? Sungguh tidak perlu. Demi menyenangkan sang ibu mertua, semua yang dimasak oleh pembantu adalah makanan asam, sehingga sulit ditelan. Dia selalu suka makanan manis, terutama saat haid. Elvano paling memahaminya, tapi dia justru pura-pura tidak tahu dan menanyakan apakah makanannya tidak cocok dengan seleranya. Nayara tiba-tiba teringat pada suatu ungkapan: Bagai lalat di hidangan, memang tidak mengganggu, tapi tetap saja membuat jijik. Memang benar-benar menjijikkan. "Kalau kamu bisa makan, makanlah lebih banyak." Dia mengatakan ini dan naik ke lantai atas tanpa menoleh. Hanya meninggalkan Elvano dan ibu mertua di meja makan yang tampak sedikit tidak puas. "Ckck, dia nggak senang lihat kakak iparnya hamil. Kena senggol sedikit saja langsung serang. Benar-benar makin kurang ajar!" Sang ibu mertua sedang membungkus sup ikan asam itu untuk Serena. Sembari mengomeli Nayara, dia membayangkan Keluarga Atmadja yang akan bertambah keturunannya, senyumnya yang merekah menambah beberapa kerutan di wajahnya. Elvano meletakkan sendoknya, nafsu makannya sudah hilang. Dia hanya menatap tangga putar. Sosok itu sudah hilang di tikungan. Elvano tampak termenung memikirkan sesuatu. Di tengah malam. Nayara minum obat pereda nyeri. Dia hampir tertidur ketika obatnya mulai bekerja, tapi malah mendengar suara di luar pintu. Pintu dibuka dan ada sosok bayangan hitam masuk, membuatnya cukup terkejut hingga menjadi lebih sadar. Saat diperhatikan, ternyata Elvano! Elvano membawa semangkuk sup telur gula merah hangat. Nayara tidak suka makan telur, selalu merasa ada bau amis. Dulu setiap haid, Elvano selalu memasakkan semangkuk sup telur gula merah untuknya. Dia merasa kasihan pada Elvano yang sudah susah payah membuatnya, jadi setiap kali menahan napas untuk meminum semangkuk sup telur gula merah itu. Sekarang mencium aroma itu, dia merasa sangat mual. Elvano dengan ramah duduk di tepi ranjang Nayara sambil memegang sup telur gula merah. Dulu ini juga kamarnya. Belakangan ini dia sibuk demi keturunan kakaknya, tapi pikirannya selalu di sini, sangat merindukan kamar ini dan orang di dalamnya. Sekarang Serena hamil dan terus tinggal di rumah sakit, dia baru bisa datang menemui Nayara. "Nayara, ini sup telur gula merah yang kubuat sendiri. Aku tahu kamu sedang menstruasi, minumlah sedikit agar terasa lebih nyaman, jangan terlalu bergantung pada obat pereda nyeri." Elvano yang tiba-tiba mendekat membuat Nayara merasa dia lebih menjijikkan daripada semangkuk sup telur gula merah ini. Nayara menoleh. "Kakak, ini kamarku. Kamu masuk malam-malam seperti ini nggak pantas bukan?" Melihat sikap menjauh Nayara, Elvano merasa sedih sekaligus panik, lalu buru-buru meraih tangannya, "Nayara, dengarkan aku ...." Saat Elvano menyentuhnya, pikiran Nayara dipenuhi dengan desahan yang terdengar dari kamar sebelah pada malam-malam sebelumnya. Dia merasa sangat jijik! Dia dengan kuat menepis tangan Elvano, "Jangan sentuh aku! Lepaskan aku!" Saat dia berontak, Elvano semakin panik. Dia bahkan tidak peduli dengan mangkuk yang digenggamnya dan segera menekannya. Saat mencium aroma melati yang familier dari tubuh Nayara, dia sulit menahan diri, hingga nada bicaranya tanpa sadar menjadi lebih bergairah. "Nayara, jangan bersikap dingin padaku ...." Di tengah perjuangan itu, mangkuk di tangan Elvano terjatuh ke lantai. Kemudian terdengar teriakan, "Ah!" Serena berdiri di pintu. Teriakannya memecah keheningan malam di rumah Keluarga Atmadja. "Nayara, dasar nggak tahu malu. Bahkan menggoda kakak iparmu sendiri. Dasar wanita murahan!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.