Bab 93
Elvano tertegun sejenak lalu bertanya, "Pak Alestan, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"
Alestan tersenyum. "Mungkin. Aku nggak yakin. Ada apa?"
Begitu menyadari sudah melewatkan intinya, Elvano segera mengalihkan pembicaraan kembali ke kerja sama proyek. "Grup Harmoni lebih cocok untuk proyek ini daripada Grup Bintang. Semua orang tahu itu. Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?"
Alestan menatap lukisan di hadapannya dengan perasaan kagum. Nayara memang berbakat, layak sekali diterima di Fakultas Seni Universitas Jayautara dengan nilai tertinggi.
Gugusan bunga gardenia putih bermekaran dengan cemerlang di tengah malam yang gelap gulita.
Ya, ini pertama kalinya Alestan berpikir untuk menggunakan kata "cemerlang" untuk menggambarkan gardenia putih.
Alestan mengangkat sebelah alisnya sambil bergumam pelan, "Kenapa bisa jatuh cinta pada orang seperti itu?"
Elvano di ujung telepon tercengang. "Pak Alestan, apa yang baru saja kamu katakan? Maaf, aku nggak mendengar dengan jelas."
Alestan men

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link