Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 1

Gosip paling menghebohkan di ruang obrolan grup kampus Universitas Gama tahun ini adalah tersebarnya video tidak senonoh Talita Wijaya, yang merupakan mahasiswa jurusan seni. Video tersebut direkam di dalam sebuah kamar suite hotel bintang lima. Talita tidak memakai sehelai benang sama sekali. Seorang pria yang lebih tinggi darinya menekannya di jendela, desahannya terus terdengar ... Setelah selesai melakukan hal itu, pria tersebut berbisik di telinga Talita. "Anak baik." Dua kata singkat itu bagaikan bom yang meledakkan seisi ruang obrolan grup kampus. [Suara itu ... suara Raka, 'kan?] [Talita itu jago juga. Bisa-bisanya dia mendekati dewan kampus! Pantas saja orang-orang yang dulu menindasnya mendadak diam semua sekarang.] [Selama ini, kukira Talita itu gadis lugu. Nggak kusangka, dia penuh tipu muslihat. Nggak heran juga, dia memang anak selingkuhan!] Talita sendiri sedang berada di asramanya saat berita itu tersebar. Dia bahkan sedang merajut syal untuk Raka. Teman sekamarnya sengaja mengencangkan suara video tidak senonoh itu. Dia memasang ekspresi mengejek, sambil menunjukkan layar ponselnya ke depan Talita. "Talita, dari suaramu, sepertinya kamu sudah jago. Pasti sering latihan, ya?" Suara gelak tawa di sekelilingnya membuat raut wajah Talita langsung memucat. Dia membeku di tempat. Syal yang sedang dirajutnya sampai terjatuh begitu saja. Dia kemudian bangkit dan bergegas keluar kamar. Dengan langkah terhuyung, dia berlari menuju kantor Raka. Dia mau menanyakan bagaimana bisa video itu tersebar. Tapi, ketika baru saja sampai di pintu masuk kantor pria itu. Dia mendengar suara mengejek dari dalam. "Kak Raka, kamu memang kejam pada Talita. Bisa-bisanya kamu merekam wajahnya sejelas itu. Dia sampai nggak punya kesempatan untuk membela diri." Isi kepala Talita seolah langsung meledak usai mendengar ucapan barusan. Sekujur tubuhnya juga mendingin seketika. "Siapa suruh dia cari gara-gara sendiri. Beraninya menyinggung perempuan yang paling Kak Raka cintai. Dia mendapatkan balasan setimpal." "Ya, Kak Raka juga kasihan. Dia susah payah mencari orang agar menyebarkan gosip kalau ibu Talita adalah seorang selingkuhan. Tapi masih harus pura-pura jadi pahlawan yang melindungi Talita dari hinaan. Dia benar-benar terlihat perhatian di depan perempuan itu." "Oh ya, Kak Raka, kapan kamu mau mengatakan yang sebenarnya pada Talita? Kalau dia tahu bahwa orang yang selama ini dia sukai ternyata akan jadi calon kakak iparnya sendiri, mungkin dia akan pingsan seketika, hahaha ... " Raka duduk santai di atas sofa. Sebelah tangannya memegang rokok, dan mengetuk-ngetukkannya di atas asbak. Raut wajahnya saat ini sulit dibaca. Melihat dia hanya diam saja, teman yang ada di sampingnya pun segera bertanya, "Apa kamu mulai kasihan padanya? Ingat, dulu dia mati-matian membuat Kania diasingkan ke luar negeri selama dua tahun. Kania menderita di sana, dia kekurangan makanan dan pakaian. Kita nggak bisa membiarkan Talita begitu saja!" Raka baru bereaksi setelah mendengar nama Kania disebut. Dia mematikan rokoknya, lalu berkata dengan tenang. "Tunggu sampai Kania pulang." "Hari itu, kebetulan juga merupakan hari yang sudah lama ditunggu-tunggu Talita. Aku akan memberinya kejutan besar. Dia harus merasakan semua pembalasan yang pernah dia perbuat pada Kania." Napas Talita tercekat. Tatapannya tertuju pada asap rokok yang melayang, lalu terhenti saat melihat wajah dingin dan tegas Raka. Dadanya seperti dirobek, begitu menyakitkan hingga pandangannya menjadi gelap. Ternyata, Raka yang sudah menyebarkan gosip soal ibunya! Raka pura-pura mendekatinya, perhatian padanya, semua itu hanya untuk balas dendam. Perempuan yang pria itu sukai sebenarnya adalah Kania Wijaya, saudara tirinya. Mereka satu ayah tapi beda ibu. Talita tidak sanggup lagi mendengarnya. Dia segera berbalik dan kabur dengan terbirit-birit. Tapi, baru saja berjalan beberapa langkah, ada segerombolan wanita yang datang mengadang Talita. "Hei, dia wanita dalam video yang itu!" "Dia baru keluar dari kantor. Apa dia habis dari menawarkan dirinya lagi?" Raut wajah Talita sudah memucat. Dia mau kabur, tapi mereka malah mendorong-dorong tubuhnya. Tepat saat itu, suara dingin Raka terdengar dari belakang. "Beraninya menindas Talita di depanku, kalian sudah bosan hidup, ya?" Entah sejak kapan Raka sudah meninggalkan kantor. Sosoknya yang bertubuh tinggi dan tegap, terlihat berjalan menghampiri. Gerombolan wanita itu sontak kabur ketakutan saat melihat Raka mendekat. Raka menghampiri Talita, dia mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut gadis itu. Rambut Talita berantakan karena tadi sempat lari. Raka lalu membungkuk dan menatapnya. Kemudian mengusap pipi Talita dengan jari telunjuknya. "Bukankah sudah kubilang, panggil aku kalau ada yang berani mengganggumu lagi." Aroma tembakau yang familier pun menyerbu masuk ke hidung Talita. Kedua matanya langsung terasa pedih dan berair. Sosok Raka di depannya, serta Raka yang selama ini selalu melindunginya, terasa seperti sebuah mimpi. Setelah ibunya mati bunuh diri, ayahnya kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya. Hidup Talita pun jadi tidak beda jauh dengan anak yatim piatu. Tidak lama setelah itu, mulai beredar kabar kalau ibunya adalah selingkuhan. Mereka bahkan menyebut bahwa Kania-lah satu-satunya putri sah Keluarga Wijaya. Sebagai anak selingkuhan, Talita tentu saja tidak luput menjadi sasaran penindasan orang-orang. Raka lah orang yang menyelamatkannya dari kesengsaraan. Dengan statusnya sebagai dewan kampus, Raka dapat dengan mudah menciptakan lingkungan yang hangat untuk Talita. Kemarin, Raka berulang tahun. Mereka berdua di bawah pengaruh alkohol, makanya bisa sampai tidur bersama. Pria itu tidak lagi bersikap lembut seperti biasa, melainkan langsung menekan Talita di depan jendela besar yang terbuka, mengagumi setiap inci keindahan tubuh Talita. Saat Raka menyentuhnya, Talita merasa seperti burung yang akhirnya menemukan sarangnya. Tanpa dia sadari, sarang tempatnya berpulang merupakan jebakan yang sudah lama disiapkan untuknya. Talita kini merasa linglung. Saat dia tersadar, Raka ternyata sudah membawanya menjauh dari gedung kantor, dan duduk di kursi penumpang depan mobilnya.
Previous Chapter
1/18Next Chapter

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.