Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 1

Selama lima tahun pernikahan bisnis, Gwen Winata dan Juan Mahendra masih belum akrab. Bahkan, saat berhubungan intim, mereka berdua melakukannya dengan malu-malu. Juan mencium tulang selangkanya seperti biasa, lalu berkata, "Aku mulai, ya." Kemudian, dia perlahan-lahan melepas pakaian Gwen satu per satu sambil bertanya dengan suara pelan, "Bolehkah?" Akhirnya, Juan memasuki tubuhnya, kemudian berkata dengan suara serak, "Kalau nggak nyaman, bilang saja, aku akan langsung berhenti." Waktu terus berlalu detik demi detik, ranjang berguncang hebat. Napas Gwen makin cepat, jari-jarinya yang ramping mencengkeram erat seprai. Setelah menahan cukup lama, akhirnya Gwen membuka suara dengan pelan. "Maaf, ini sudah nggak terkendali. Kita sudah melakukan tiga jam, aku nggak kuat lagi. Boleh kita berhenti?" Juan tiba-tiba berhenti, kemudian segera meminta maaf. Dengan napas terengah-engah, Juan menarik diri. Sambil tidak bisa menahan diri mencium kening istrinya, Juan meminta maaf lagi. Selanjutnya, Juan pergi mandi. Setelah mendengar suara air di kamar mandi, Gwen mulai merasa tenang. Gwen perlahan duduk. Jari-jarinya bergetar sedikit saat mengenakan pakaian, menutupi tubuhnya yang penuh dengan bekas ciuman. Gwen menyalakan lampu di sampingnya, lalu membungkuk untuk mengambil sebuah dokumen dari laci meja samping tempat tidur. Itu adalah ... Surat cerai. Gwen menghela napas. Sudah genap lima tahun, waktunya pernikahan ini berakhir. Sudah jadi rahasia umum bahwa pernikahan antara Keluarga Winata dan Keluarga Mahendra terjalin hanya demi kepentingan bisnis dua keluarga besar. Setelah menikah, Gwen dan Juan menghormati satu sama lain, menjadi pasangan teladan yang dikagumi semua orang. Namun, tidak ada yang tahu bahwa Gwen dan Juan masing-masing sudah memiliki orang yang mereka cintai. Wanita yang dicintai Juan adalah putri angkat Keluarga Mahendra. Namun, karena norma sosial, mereka tidak bisa bersama. Sementara itu, pria yang dicintai Gwen sudah meninggal lima tahun lalu. Di kehidupan ini, mereka tak bisa bersama lagi. Yang satu berpisah karena norma sosial, sedangkan yang satu berpisah karena maut. Pada hari pertama pernikahan mereka, mereka berdua mengakui sudah memiliki orang yang dicintai. Mereka berdua setuju menikah kontrak selama lima tahun demi kerja sama kedua keluarga dan menghentikan desakan keluarga untuk menikah. Mereka hanya menjalankan kewajiban, tanpa melibatkan perasaan. Mereka berdua sepakat akan berpisah lima tahun kemudian. Lima tahun sudah berlalu, sudah waktunya mereka bercerai. Gwen sedang menunggu Juan selesai mandi untuk membahas perceraian mereka. Tiba-tiba, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Juan buru-buru keluar dari kamar mandi. Dengan rambut yang masih basah, pria itu mengambil kunci mobil, kemudian berjalan ke pintu kamar. Gwen tertegun sejenak dan refleks bertanya, "Sudah malam, kamu mau ke mana?" Langkah Juan langsung terhenti. Nada bicaranya yang dingin terdengar cemas. "Amira sedang ketakutan setelah mimpi buruk. Aku mau menemaninya dulu. Kamu tidur duluan saja." Amira Mahendra adalah adik angkat sekaligus wanita yang dia cintai. Gwen pun mengerti. Dia juga tidak pernah melarang setiap kali Juan ingin pergi menemui Amira. Bahkan, ketika Gwen mengalami kecelakaan mobil, demam, atau nyeri haid ... Gwen tetap mematuhi perjanjian, menjaga rumah kosong, dan tidak pernah mengganggu Juan bersama wanita yang dicintainya. Namun, hari ini berbeda. Karena ingin membahas perceraian, Gwen menghentikan dengan sopan. "Boleh tunggu lima menit? Ada hal penting yang mau kubahas denganmu." Juan tertegun. "Penting sekali?" Gwen tertegun sejenak, kemudian berkata dengan pelan, "Ya, penting." Sebelum Juan menjawab, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Juan menunduk dan melihat ponsel, ternyata Amira yang menghubunginya. Ketika telepon tersambung, terdengar suara Amira yang menangis di ujung telepon. [Kak, aku takut. Kakak bisa datang, nggak? Aku mau Kakak memelukku saat tidur ... ] Sorot mata dan nada suara Juan melembut. "Aku segera ke sana." Juan menutup telepon. Pria itu menoleh dan berkata kepada Gwen dengan sopan, "Kamu saja yang membuat keputusan, nggak perlu diskusi." Gwen tertegun, kemudian mengangguk. Sambil menyerahkan lembar terakhir surat cerai kepada Juan, Gwen berkata, "Tanda tangan." Juan mengangguk. Tanpa melihat isi surat, pria itu langsung tanda tangan dan buru-buru pergi. Mendengarkan suara mesin mobil di bawah yang perlahan menjauh, Gwen mengambil ponselnya dan menghubungi pengacaranya. "Kami sudah tanda tangan surat cerai. Kapan kami bisa cerai?" Pengacara itu mengatakan, [Nona Gwen, Anda harus menunggu selama satu bulan, setelahnya Anda bisa memproses perceraian.] Gwen merasa lega. Setelah menutup telepon, dia memesan tiket ke Kota Natura melalui aplikasi. Gwen pun punya alasan pergi ke Kota Natura. Beberapa waktu lalu, sahabatnya di Kota Natura pernah melihat ada seorang mahasiswa yang mirip dengan Ivan Wijaya. Pemuda itu kelihatannya berasal dari keluarga miskin. Dia bekerja paruh waktu di bar. Gwen tidak sanggup melihat pemuda yang mirip dengan Ivan itu hidup sengsara. Melihat pemuda itu hidup serba kekurangan, sedangkan Gwen memiliki uang berlimpah, hal ini menguatkan keinginan Gwen untuk membantu keuangan pemuda itu. Gwen meminta sahabatnya negosiasi dengan pemuda itu. Setelah merenung selama tiga hari, akhirnya pemuda itu setuju. Namun, pemuda itu tidak bisa datang ke Kota Ugra karena tidak bisa meninggalkan neneknya sendirian di Kota Natura. Orang tua Gwen sudah meninggal, dia juga tidak memiliki kerabat lain. Oleh karena itu, Gwen memutuskan untuk pindah ke Kota Natura. Selama bisa melihat pemuda yang mirip dengan Ivan, Gwen sudah merasa bahagia sepanjang hidupnya.
Previous Chapter
1/23Next Chapter

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.