Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 5

Rasa malu dan sakit hati yang luar biasa menyerbu seperti tsunami. Napasnya tersengal, tubuhnya gemetar dan hampir tidak bisa menahan diri untuk menjerit! Sebuah jaket dengan bau parfum asing bahkan dilempar begitu saja ke arahnya, menutupi wajahnya! Aroma itu adalah aroma parfum yang sering dipakai Dominic! Menjijikkan! Muak! Sakit sampai tak tertahankan! Saat Evita hampir mencapai batas kehancuran .... "Boom!" Suara ledakan keras memekakkan telinga terdengar! Limusin Rolls Royce mereka ditabrak keras oleh sebuah truk besar yang kehilangan kendali! Benturan dahsyat itu membuat mobil langsung terguling! Dalam pusaran kekacauan itu, Evita melihat saat bahaya mendekat, Primus langsung menggunakan seluruh tubuhnya untuk melindungi Dominic yang ada di pelukannya! Gerakan perlindungan yang spontan itu seperti sebilah pisau merah membara yang menancap ke jantung Evita! Evita ingat dulu, saat masih muda, bahkan ketika mereka hanya menyeberang jalan, Primus akan panik dan menariknya ke sisi dalam. Dia akan menatapnya seperti harta paling berharga di dunia. Sekarang .... Rasa nyeri dan keputusasaan menghantam seperti gelombang pasang. Pandangan Evita menggelap dan kehilangan kesadaran sepenuhnya. Entah setelah berapa lama, Evita kembali mendapat sedikit kesadaran dalam rasa sakit yang menusuk. Dia mendengar teriakan keras Primus dari luar mobil. "Evita! Evita!!" Dengan susah payah Evita membuka mata. Dari melalui jendela mobil yang berubah bentuk, dia melihat Primus berusaha mati-matian menerjang ke arahnya. Tubuh Primus juga terluka, wajahnya diliputi kepanikan yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dominic memegangi Primus erat-erat sambil menangis. "Primus! Jangan ke sana! Terlalu bahaya! Mobilnya mungkin akan meledak! Tunggu tim penyelamat!" "Tunggu tim penyelamat akan terlambat!" Mata Primus memerah. Dia melepaskan diri dari Dominic, suaranya terdengar putus asa. "Kalau Evita mati ... aku juga nggak mau hidup lagi!" Evita terbaring di reruntuhan logam dingin itu, mendengar kalimat cinta sedalam lautan itu, dia hanya bisa merasakan ironi yang menusuk dan rasa sakit yang luar biasa! Primus baru saja bermesraan dengan Dominic di sampingnya dan sekarang malah menampilkan sikap bersedia hidup dan mati bersamanya. Apa maksud semua ini? Ketagihan main sandiwara? Akhirnya, Primus tetap menerjang ke arahnya, mengabaikan bensin yang bocor di mana-mana dan kemungkinan ledakan. Dia menarik Evita keluar dari mobil yang hancur dengan sekuat tenaga. Saat dia menggendong Evita menjauh dengan langkah terhuyung .... "Boom!!!" Ledakan kencang terdengar, api membumbung tinggi! Rolls Royce yang membawa mereka tadi berubah menjadi bola api raksasa! Gelombang panas menghantam. Primus tanpa berpikir langsung menindih Evita, menggunakan punggungnya untuk menahan semua serpihan dan gelombang panas. Evita merasakan panas dan berat tubuh Primus. Lalu kesadarannya kembali hilang ditelan rasa sakit dan perasaan tidak masuk akal, jatuh ke dalam kegelapan yang tak berujung .... Ketika kembali sadar, dia sudah berada di rumah sakit. Primus duduk di samping tempat tidurnya. Matanya merah dan dagunya ditumbuhi jenggot tipis. Saat melihat Evita bangun, matanya langsung memancarkan kegembiraan yang luar biasa. "Evita! Kamu sudah bangun! Syukurlah! Apa yang kamu rasakan? Masih sakit di mana?" Dia menggenggam tangan Evita dengan erat, suaranya serak, dipenuhi ketakutan dan kekhawatiran. "Maaf, Evita. Aku yang nggak melindungimu dengan baik ... maaf ...." Dia terus meminta maaf, tatapannya penuh penyesalan dan kepedihan, terlihat begitu nyata. Jika ini dulu, Evita pasti akan sangat terharu dan balik menenangkannya. Tapi sekarang, setelah tahu kebenarannya dan melihat adegan penuh cinta ini, hatinya serasa dimasukkan ke dalam mesin penggiling daging yang dingin dan perlahan menghancurkannya. Evita tidak berkata apa-apa, hanya menatapnya dengan mata kosong. Primus gelisah oleh tatapan itu, buru-buru menekan bel memanggil dokter. Setelah diperiksa, dokter menghela napas kagum. "Nyonya Evita, Anda benar-benar beruntung. Pak Primus mempertaruhkan nyawanya menarik Anda keluar dari kobaran api. Punggungnya sampai luka bakar besar pun dia nggak peduli. Dia terus berjaga sampai Anda sadar ... cinta sedalam itu sungguh jarang." Saat mendengar kalimat dokter, serta melihat wajah Primus yang penuh cinta dan kecemasan, Evita hanya merasa mual. Dia memejamkan mata, menahan semua air mata dan rasa sakit yang nyaris meledak di dalam hati. Orang yang bilang mencintainya adalah Primus, orang yang bilang dia kotor juga Primus. Orang yang memblokir ledakan untuknya adalah Primus dan orang yang melindungi wanita lain di hadapannya juga Primus. Primus, sandiwara cinta mendalam ini mau dimainkan sampai kapan?

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.