Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6

Carla mengabaikan orang-orang itu seolah mereka tidak ada. Anton naik pitam dan berkata, "Carla, kamu anggap apa tempat ini? Kamu kira dirimu bisa seenaknya datang dan pergi?" Carla mendengus. Jika bukan karena harus mengunjungi neneknya, dia juga tidak sudi menginjakkan kaki di sini seumur hidupnya. Setelah kembali ke rumah, dia menerima pesan WhatsApp dari Rasyid. Rasyid: [Gimana perkembangannya?] Jari-jari lentik Carla segera mengetik pesan balasan: [Surat cerainya sudah kuberikan ke pengacara. Semuanya berjalan sesuai rencana.] Rasyid membalas dengan emotikon OKE. Carla mematikan layar ponsel lalu naik ke lantai atas untuk mandi. Malam itu Bimo baru pulang dini hari. Melihat Carla masih belum tidur, dia memberikan makanan yang dibawanya. "Kamu belum makan malam, 'kan? Aku bawakan spaghetti, bangun dan makanlah sedikit." Carla yang dulu pasti akan merasa tersentuh dengan sikapnya ini. Tapi dia sekarang sama sekali tidak merasakan apa-apa. Dia tahu betul Bimo tidak peduli padanya, pria ini hanya akting. Tiba-tiba, ponsel yang ada di sampingnya menyala, ada pesan dari Sissy. Sissy: [Kak, aku dan Kak Bimo pergi cari camilan malam, sekalian kubungkuskan satu porsi untukmu. Makan yang banyak, jangan sampai bayi di perutmu kelaparan!] Cih, apa Sissy tidak bosan memainkan trik kekanak-kanakan begini? Bimo kira Carla masih marah karena dari tadi diam saja. Dia pun mencoba membujuk dengan lembut, "Jangan marah padaku lagi demi anak kita, oke?" Dia mengatakannya sambil menyentuh perut Carla. "Sayang, ayo bantu Ayah membujuk Ibu biar dia nggak marah lagi ke Ayah, hm?" Tapi Carla malah langsung mendorongnya keras. "Bimo, jangan pegang-pegang!" Sorot mata Bimo sontak berubah jadi gelap. Nada bicaranya juga terdengar makin tidak sabar, "Aku sudah tanda tangan seperti maumu, sekarang kamu mau apa lagi?" "Apa aku bisa minta apa pun?" "Selama bisa kulakukan, akan kuusahakan sebisa mungkin." "Jangan bertemu Sissy lagi mulai sekarang." Wajah Bimo memucat. "Carla, apa kamu sengaja mau mempersulitku?" "Aku ini istrimu, apa susahnya memilih salah satu antara aku atau Sissy yang bukan siapa-siapa?" Bimo mengatupkan bibir dan hanya diam, tatapannya terlihat setajam silet. Carla tersenyum getir. Dia sudah tahu jawaban Bimo dari dulu, tapi hatinya masih terasa sakit bagaikan disayat belati. Dia bangkit dan mengusir Bimo keluar kamar, lalu mengunci pintu rapat-rapat. Bimo makin naik pitam dan berkata, "Carla, kamu keterlaluan! Kamu kira dirimu bisa bertindak semaumu cuma karena sedang hamil? Suatu hari kamu akan menangis dan memohon untuk kembali padaku!" "Tenang saja." Carla bergumam, "Hari itu nggak akan pernah ada." Usai mendengus sinis, terdengar suara langkah kaki di luar pintu yang perlahan menjauh. Segera setelah itu, suara deru mesin mobil sport terdengar dari luar jendela. Bimo pergi, sepertinya mau bertemu Sissy. Benar saja, sejam kemudian Sissy mengirimkan foto. Dia bersandar di lengan Bimo, leher wanita itu penuh dengan bekas ciuman. Sissy: [Kak, kenapa kamu tega mengusir Kak Bimo dari rumah?] Siapa sangka Sissy akan sebodoh ini, bahkan membantunya mendapatkan bukti yang menunjukkan kalau Bimo selingkuh. Carla segera mengambil tangkapan layar pesan tersebut dan mengirimkannya ke pengacara. Keesokan paginya, pengacara memberikan balasan: [Buktinya sudah kuterima. Ini bisa dijadikan bukti kuat, dan aku akan berusaha membantumu agar bisa mendapatkan harta gono-gini sebanyak mungkin.] Carla: [Terima kasih.] Bimo baru pulang tiga hari kemudian. Dia terlihat sedikit mabuk, tubuhnya juga dipenuhi bau parfum wanita. Dia menyerahkan sebuket bunga mawar merah pada Carla, sambil menatap wanita itu dengan penuh perasaan. "Masih marah? Aku sibuk di kantor selama tiga hari ini, makanya nggak bisa pulang menemanimu."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.