Bab 18
Satu jam yang lalu.
Saat ini sudah jam pulang kerja. Tania sedang bersih-bersih ketika manajernya mendekat dan berbicara padanya.
"Tania, ada pesanan makanan yang perlu kamu antar."
"Pesanan makanan? Aku yang mengantarkan sendirian? Tapi sekarang sudah malam sekali ... " Tania menunjuk dirinya sendiri dengan agak bingung.
"Ya, kamu yang antar!" balas sang manajer sambil mengangguk.
"Ke Klub Malam Waning, cepatlah pergi!"
Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.
Meskipun sudah larut malam, Tania tetap mengendarai skuter listrik pengiriman hotel dan menemukan Klub Malam Waning.
"Permisi, di mana ruang VIP Pak Brandon?"
Staf klub malam itu melihatnya ke atas dan ke bawah, lalu menyadari bahwa dia adalah pengantar makanan dan berkata, "Lantai tiga, nomor 308." Tania pun membalas, "Baik, terima kasih."
Tania menemukan ruang VIP 308. Dia membuka pintu, di dalamnya terdengar musik yang menggelegar, dan botol-botol minuman tampak berserakan di lantai.
Melihat Tania muncul, orang-orang di dalamnya bersorak.
"Makanan sudah datang!"
"Kami sudah hampir mati kelaparan. Pak Brandon, kamu harus menyuapiku ... "
Pria bernama Brandon itu duduk di sofa, seorang wanita cantik dan ramping sedang dengan antusias melilitnya seperti ular.
"Nggak masalah!" Brandon tertawa, lalu dia tiba-tiba melihat wajah Tania.
Dia dengan bercanda berkata, "Nona, kamu kelihatannya boleh juga. Mau minum segelas?"
Tania terus menggelengkan kepalanya. "Masih ada pesanan makanan lain yang harus kuantar ... "
"Hanya satu gelas, apa aku nggak bisa mentraktirmu?" Raut wajah Brandon tiba-tiba menjadi suram.
Wanita cantik itu juga menunjuk Tania dan berkata, "Pak Brandon sudah memberimu kehormatan dengan mengajakmu minum, alasan apa lagi yang kamu cari?!"
Tania berpikir bahwa lebih baik dia tidak menambah masalah, jadi dia terpaksa meminum wiski yang disodorkan padanya.
Alkohol wiski ini sangat kuat, Tania belum pernah minum alkohol sekuat ini. Tania langsung batuk-batuk, wajah kecilnya memerah karena tersedak.
Brandon memeluk wanita cantik itu sambil tertawa terbahak-bahak.
"Oke, karena kamu sudah minum untuk menghormatiku, aku beri kamu uang 4 juta! Kamu bisa pergi!"
Tania merasa pusing. Dia mengambil uang tersebut dan memasukkannya ke dalam saku, lalu dia pun segera meninggalkan ruang VIP.
Namun, dia tidak tahu bahwa seseorang sudah mengincarnya ...
"Pak Iwan, dia ada di sana!"
Tidak jauh dari sana, Iwan melihat sosok Tania dan menjadi sangat bersemangat.
Setelah menerima pesan teks anonim itu, Iwan jadi sangat penasaran. Kejutan apa yang menantinya?
Namun siapa sangka, ternyata kejutan itu adalah Tania, gadis kecil yang menyebalkan itu!
Beberapa hari yang lalu, Keluarga Alins tiba-tiba berubah pikiran dan tidak berniat untuk menjual Tania lagi.
Meskipun dia menambah 2 miliar lagi, dia sama sekali tidak dihiraukan.
Dia menahan amarahnya, tetapi dia tidak menyangka bahwa gadis kecil ini justru datang sendiri menghampirinya!
"Dasar jalang, aku akan menyiksamu sampai mati!"
Iwan berbicara dengan penuh semangat dan kebencian.
Iwan memimpin bawahannya untuk menangkap Tania yang sedang lengah.
Tania dibawa ke mobil, lalu mereka bersiap untuk pergi ke hotel.
Di dalam kamar hotel, Tania diikat dengan kuat dan dilempar ke sudut ruangan.
Seember air dingin disiramkan ke kepalanya. Bulu matanya bergetar sejenak, dan dia pun perlahan terbangun.
"Kamu sudah bangun?"
Saat Tania membuka matanya, dia mendengar suara yang familier.
Entah karena ketakutan atau kedinginan, seluruh tubuhnya menggigil.
Tania menyadari ada yang tidak beres, dia pun mengangkat kepalanya untuk melihat.
"Ternyata kamu!" Dia tidak percaya, matanya penuh dengan ketakutan. "Kenapa kamu menangkapku?!"
"Tania, apa kamu kira setelah Keluarga Alins menebusmu, aku nggak akan mengejarmu lagi?" Ekspresi Iwan sangat angkuh.
"Dari semua gadis yang aku incar, nggak ada satu pun yang bisa lolos dari genggamanku. Hari ini, kamu harus bertanggung jawab padaku!"
Tania tidak menyangka, bahwa setelah dia berjuang dengan begitu keras.
Pada akhirnya, dia masih harus mati di tangan pria tua yang mesum ini!
Seluruh tubuhnya gemetar, tetapi dia masih menyimpan sedikit harapan.
"Aku punya uang. Kalau kamu butuh uang, lepaskan aku! Aku bisa memberikan semua uang itu kepadamu ... "
Namun, Iwan sama sekali tidak mendengarkannya. Pria tua itu memanggil bawahannya dan berkata, "Berikan dia minum!"
Di tangan bawahannya terdapat semangkuk air berwarna merah muda, siapa pun pasti tahu kalau itu bukan hal yang baik.
"Jangan mendekat!" Tania merasa terancam, tetapi sama sekali tidak ada tempat untuknya melarikan diri.
"Aku ini orangnya Ethan. Kalau kamu memperlakukanku seperti ini, Ethan pasti nggak akan membiarkanmu lolos ... "
"Hahaha, Ethan? Huh! Dengan penampilanmu yang menyedihkan dan masih mengenakan seragam pelayan hotel, bagaimana mungkin orang besar seperti Pak Ethan akan menghiraukanmu!"
Tania dipaksa meminum semangkuk penuh cairan aneh itu. Dia berusaha keras untuk memuntahkannya, tetapi dia tidak bisa mengeluarkan apa pun.
Iwan menggosok-gosok tangannya dengan menjijikkan. "Ayo cepat, nyalakan juga kameranya, rekam bagian ini dengan baik!"
Tania, dalam 10 menit lagi, ayo kita lihat berapa lama kamu bisa terus berpura-pura!
Saudara-saudara, malam ini kalian semua beruntung!
Anak buah di sekelilingnya juga memandang Tania dengan tatapan menjijikkan.
"Pak Iwan sangat pintar! Gadis ini terlihat cukup liar, ketika efek obat mulai bekerja, pasti akan sangat menyenangkan."
"Hehe, salah sendiri dia berani membuat Pak Iwan marah. Kita akan membuatnya nggak hidup tapi juga nggak mati."
Tania tahu, nyawanya tidak akan selamat di tangan Pak Iwan yang mesum ini.
Meskipun begitu, dia tidak akan membiarkan sekumpulan binatang ini menang!
"Bahkan kalau aku mati pun, aku nggak akan membiarkan kalian begitu saja!" ucap Tania dengan penuh dendam dan keputusasaan.
Dia melihat ke arah sudut meja yang tajam, tanpa ragu, dia langsung menghantamkan kepalanya ke situ!