Bab 78
Suara pria itu bagai es di musim hujan, membawa hawa dingin yang menusuk.
Sigit tidak langsung menjawab. "Aku tidak tahu, tapi putraku selalu tahu diri. Kurasa dia juga nggak akan mengatakan sesuatu yang sangat keterlaluan."
"Jadi, menurutku daripada menyalahkan putraku, lebih baik kamu renungkan dulu baik-baik ... "
Dia membuka mulut dengan nada sangat merendahkan, "Apa jangan-jangan putrimu terlalu rapuh, jadi bisa terpicu hanya oleh beberapa kata yang dikatakan putraku."
Sejak kakak Jimmy meninggal, dia memperlakukan Wulan seperti putrinya sendiri.
Orang-orang di sekitarnya, sebagian besar karena posisinya, tidak pernah berani mengatakan satu pun hal buruk tentang Wulan.
Hanya Sigit di hadapannya ini yang menjadi pengecualian.
Padahal jelas-jelas Sandi yang lebih dulu berbuat salah ...
Namun, di mulut Sigit, insiden ini malah jadi kesalahan Wulan?
Jimmy marah, dan ekspresi di wajahnya tampak makin dingin. "Jadi, menurut Pak Sigit begitu?"
Sigit mengangkat tangan. "Kalau nggak begitu

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link