Webfic
เปิดแอป Webfic เพื่ออ่านเนื้อหาอันแสนวิเศษเพิ่มเติม

Bab 132

Ya, Vani memang sangat takut. Karena dia tidak mau mati. Dia berkata sekasar itu hanya untuk melampiaskan amarahnya. Dia ingin tetap hidup. Masih ada banyak hal yang belum dia lakukan, perjalanan hidupnya masih panjang ... "Berisik banget sih! Diam!" Pria itu merasa terganggu dengan jeritan dan tangisan Vani, jadi dia langsung membentak dengan marah. Vani sontak terkesiap dengan kaget, jantungnya langsung berdebar-debar. Semua kata yang hendak dia ucapkan pun tertahan kembali. "Kamu nggak sopan banget sih membentak-bentak wanita begitu?" Arman akhirnya angkat bicara sambil menatap pria itu dengan dingin. Pria itu balas menatap Arman dengan tajam. "Kamu saja nggak peduli wanita ini mati atau hidup, jadi buat apa juga kamu memusingkan bagaimana caraku memperlakukannya?" "Hidup atau mati sama cara memperlakukan wanita sebagaimana seharusnya itu dua hal yang berbeda." Arman menyahut dengan cuek. "Bocah, kamu ini lagi mengejekku, ya?" Ekspresi pria itu terlihat makin kesal. Dia menyadari ke

คลิกเพื่อคัดลอกลิงก์

ดาวน์โหลดแอป Webfic เพื่อปลดล็อกเนื้อหาที่น่าสนใจเพิ่มเติม

เปิดกล้องโทรศัพท์เพื่อสแกน หรือคัดลอกลิงก์แล้วเปิดในเบราว์เซอร์ของคุณ

© Webfic, สงวนลิขสิทธิ์

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.