Bab 177
Di ruang ganti.
Vani tampak malu-malu saat melihat Arman.
Namun, dia sebenarnya ketakutan di dalam hatinya.
Jika tidak, dia tidak akan meminta Arman untuk menemaninya dan menghambat waktu Arman untuk mencari pembunuh.
"Oh, baiklah."
Melihat Vani begitu ketakutan, Arman pun tidak menolak.
Dia sebelumnya tidak tahu bahwa Marsha dan Paman Haris sudah pergi dari hotel ini.
Membiarkan Vani pergi ke tempat parkir sendirian memang tidak aman.
Lagi pula, lokasi parkirnya tidak begitu jauh dari sini.
"Makasih, ya."
Mata Vani sedikit berkedut.
"Orang ini, terkadang nggak begitu menjengkelkan juga," pikir Vani dalam hati.
"Ayo pergi."
Arman tersenyum kecil.
Kemudian, mereka berdua meninggalkan gedung tersebut dan berjalan menuju ke tempat parkir terbuka.
Sepanjang jalan, tidak ada aura pembunuh yang muncul.
Selain itu, ada Arman yang menemaninya.
Tanpa disadari, Vani pun merasa hatinya lebih tenang.
Tubuhnya yang sebelumnya tegang, perlahan-lahan menjadi rileks.
Vani bertanya, "Oh ya, Arman, ada

คลิกเพื่อคัดลอกลิงก์
ดาวน์โหลดแอป Webfic เพื่อปลดล็อกเนื้อหาที่น่าสนใจเพิ่มเติม
เปิดกล้องโทรศัพท์เพื่อสแกน หรือคัดลอกลิงก์แล้วเปิดในเบราว์เซอร์ของคุณ
เปิดกล้องโทรศัพท์เพื่อสแกน หรือคัดลอกลิงก์แล้วเปิดในเบราว์เซอร์ของคุณ