Bab 96
Lanny menarik kendali kudanya, menatap kuda yang lepas kendali membawa Sania melesat pergi, senyum di wajahnya makin jelas.
Dalam hatinya, dia mendengus dingin.
"Kak Karina, lebih baik wanita itu mati sekalian," pikirnya.
"Pemula naik kuda liar seperti itu, kalau nggak mati, pasti cacat."
"Saat itu, kamu akan menjadi kakak ipar yang sah," lanjutnya dalam hati.
Punya kakak ipar seorang bintang besar, betapa membanggakannya.
"Klop klop klop ... "
Derap kaki kuda yang tergesa datang dari belakang.
Seekor kuda hitam pekat seperti anak panah lepas dari busurnya, melesat ke arah Sania menghilang.
Sania sudah ketakutan setengah mati.
Kuda itu sama sekali tidak bisa dikendalikan, meluncur ke dalam hutan di samping, menyusuri jalan kecil yang hampir tidak terlihat, berlari gila-gilaan.
Dia hanya bisa menggenggam erat tali kekang, buku-bukunya memutih karena terlalu kuat mencengkeram.
"Aku nggak boleh jatuh!" pikir Sania.
"Nggak boleh!"
Tali kekang yang kasar menggesek telapak tangannya hingga p

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link