Bab 191
Saat dihadapkan dengan pria setampan dan sehangat dia, apalagi dengan permintaan seperti itu, rasanya siapa pun pasti akan luluh.
Begitu juga aku.
Jantungku berdegup kencang.
"Vanesa ... "
Rafael mendekat dan matanya yang dalam menyipit membuatnya tampak makin memikat.
Seolah ada aroma manis di udara.
Aku tergagap, "Hanya ... boleh ... cium ... "
Kata sekali belum sempat kukatakan, Rafael sudah menutup jarak dan menempati nafasku dengan ciuman lembutnya.
Nafasku terhenti dan yang kulihat hanyalah wajah tampannya dan kerah bajunya yang sedikit terbuka ...
Ciuman itu berlangsung lama. Ketika akhirnya berpisah, keduanya sedikit terengah.
Aku bergumam, "Tadi kan sudah dibilang cuma sekali ... "
Rafael tersenyum penuh arti, "Jadi yang tadi nggak dihitung, ya?"
Dia hendak mendekat lagi, aku buru-buru menahan.
"Jangan, nanti waktunya habis," ujarku.
Rafael tertawa lembut, mengusap kepalaku dan berkata, "Baik, nggak lagi."
Aku tiba-tiba menariknya mendekat dan mencium bibirnya sekilas.
Rafael

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link