Bab 200
Setelah beberapa lama, Austin akhirnya berhenti menangis.
Aku segera mengambil tisu untuk mengelap wajahnya, lalu membersihkan luka-lukanya lagi dan memasang plester di atasnya.
Saat suasana hatinya sudah lebih tenang, Austin bertanya dengan nada malu, "Kak Vanesa, menurutmu, apa yang harus kulakukan soal ini?"
Aku berpikir sejenak sebelum menjawba, "Satu-satunya cara adalah mengganti rugi dan meminta maaf."
Austin berpaling dengan wajah keras dan berkata, "Aku nggak akan minta maaf."
Aku tersenyum, seperti biasa, lalu membalasnya, "Baik, kamu nggak perlu minta maaf. Aku yang akan melakukannya untukmu. Aku cuma harap pihak sana bisa sedikit lebih berbesar hati. Kalau nggak, kita mungkin terpaksa harus menghubungi ibumu dan kakakmu. Saat itu, aku mungkin nggak bisa lagi bantu selesaikan masalah ini."
Austin mengerutkan kening, kemudian berkata. "Aku nggak ingin ibu dan kakakku tahu."
Aku menghela napas dan menyarankan, "Kalau begitu, satu-satunya pilihan kita adalah memohon kebijaksanaa

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link