Bab 17
Fanny terus memaksa dan meratap cukup lama, namun tetap saja akhirnya dia diseret keluar oleh petugas keamanan.
Sepanjang jalan menuju keluar, tangis dan teriakannya menggema.
Juna menatap Melisa dengan wajah penuh rasa bersalah. "Aku ... "
"Tak perlu kamu ucapkan apa pun," potong Melisa, lalu bangkit dan berjalan keluar dari ruang VIP. "Bahkan mendengar suaramu sekarang membuatku muak."
Wajah Juna dipenuhi kepanikan dan keputusasaan, tatapannya nyaris tak ada bedanya dengan ekspresi Fanny saat tadi dipaksa pergi.
Malam itu, Melisa tidak pulang ke rumah. Akhirnya, Juna menemukannya di tepi sungai.
"Di sini dingin. Ayo kita pulang," ucapnya dengan lembut.
"Pulang? Antara kita nggak ada yang bisa disebut rumah." Melisa menatap cahaya bulan yang terpantul di permukaan air. "Juna, anggap saja aku memohon padamu. Tolong, pergilah. Aku mohon, kasihanilah aku. Jangan terus menyiksaku seperti ini. Demi cinta ini, aku hampir mengorbankan separuh nyawaku. Apa sebenarnya yang kamu inginkan? Harus

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link