Webfic
Buksan ang Webfix app para sa higit pang kahanga-hangang content

Bab 148

Kulihat Michael berdiri sendirian di tepi jalan, punggungnya terlihat agak dingin dan kurus. Aku mengerutkan kening dan hendak menghampiri, tetapi Michael sudah berbalik sebelum berjalan ke arahku. "Nggak apa-apa, dia sudah pergi." Aku tetap diam dan memasang wajah muram. Aku bahkan bisa membayangkan adegan tadi. Michael mendekat untuk berbicara dengan Lucio, tetapi pria itu sama sekali tidak peduli dan menyuruh Ridwan untuk menutup pintu sebelum jalankan mobilnya. Ini adalah gaya cuek Lucio yang biasa. Michael bersikap seolah sudah terbiasa. Dia menghampiriku dan tersenyum menghibur begitu melihat tatapan marahku. "Aku sudah berteman dengannya selama beberapa tahun dan tahu sifatnya. Jangan dipikirkan." Aku tidak tahan untuk bertanya, "Kenapa kamu mau berteman dengannya?" Aku merasa aneh. Seharusnya orang seperti Lucio itu tidak punya teman. Selalu seenaknya sendiri dan sombong. Dia memang luar biasa dan berbakat, memang banyak pria maupun wanita yang sangat menginginkannya, jadi mere

Naka-lock na chapters

I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content

I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.