Webfic
Buksan ang Webfix app para sa higit pang kahanga-hangang content

Bab 150

Lucio memegang bahuku dengan satu tangan dan memelukku dengan tangan lain. "Kenapa lari?" Dia menatapku dari atas dan saat mendongak, aku menatap sepasang mata hitam pekat yang dingin tanpa emosi apa pun. Kegelapan malam di belakang kami seolah ingin menyatu dengannya. Masih ada aroma tembakau samar pada tubuhnya. Aku tiba-tiba ingat kalau tadi kulihat ada titik merah di dalam mobil tidak jauh dari situ saat keluar. Kurasa itu dia yang sedang merokok. Aku mengerutkan kening dengan agak kesal. "Lepaskan aku." Tentu saja Lucio tidak melepaskanku, malah memelukku dengan lebih erat. "Sudah selesai bicaranya?" Aku berusaha meronta dan mendorong pria itu tanpa menjawab pertanyaannya. Lucio tiba-tiba menundukkan kepala dan menggigit sudut bibirku dengan kuat. "Ayo pulang kalau sudah selesai." Wajah pria itu sangat muram, sehingga aku tidak bisa menebak apa yang dia pikirkan. Aku tahu Lucio pasti marah, tetapi tidak tahu mengapa dia kembali untuk mencariku. Kukira dia akan mengabaikanku. Meski

Naka-lock na chapters

I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content

I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.